Gunung Kerinci (3805 mdpl) merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Gunung yang tergolong stratovulkano ini berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Salah satu jalur pendakian yang familiar adalah melalui desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayuaro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
![]() |
Hamparan teh berujung pada gagahnya Gunung Kerinci dari depan basecamp |
Planning pendakian Kerinci yang dilaksanakan tanggal 28 Juni s.d. 4 Juli
2017 sempat terkendala ACC dari Kanjeng Mami. Beliau tidak mengijinkan saat aku
menyampaikan maksud akan mendaki Kerinci bersama beberapa rekan pendakian
Rinjani April kemarin. Setelah mencoba beberapa kali dan gagal mendapat ACC
akhirnya pada H-5 keberangkatanku, beliau dengan terpaksa membiarkanku pergi.
Ibu, maafkan anakmu....hehe. Jangan salah, pendakian Kerinci kali ini harus dibayar
mahal. Mahal dalam segi budget, pengalaman dan hikmah yang diperoleh selama
dalam perjalanan bersama rekan setim.
Tanggal 27 Juni 2017 yaitu Selasa malam jam 9 keretaku melaju menuju
stasiun Gambir. Aku berangkat dengan kereta eksekutif dari stasiun Tugu, Jogjakarta.
Kenapa memakai kereta eksekutif yang notabene harganya selangit? Agar bisa
berangkat malem dari Jogja dan tiba di Jakarta Subuh karena pesawatku terbang jam 07.55 WIB dari
Soeta. Jam 05.00 WIB bus Damri jurusan Gambir-Bandara (tiket 40rb rupiah) melaju
lepas tanpa hambatan dan aku tiba di terminal 1B jam 05.45 WIB. Setelah
check-in dan menghubungi teman untuk bertemu, akhirnya pesawat lepas landas
tepat waktu.
![]() |
Jangan lupa selfie |
Sekitar jam 09.00 WIB kami bertiga (Aku, Kus dan Agung) tiba di Bandara
Sultan Thaha Jambi. Sambi menunggu
teman yang lain (Ardi dan Bang Dimas) kami menunggu di bandara dan
beristirahat. Jam 12.20 WIB kami start menuju BC bangLevi di Kerinci.
![]() |
Mobil yang menjemput kami untuk menuju Kersik Tuo |
Perjalanan
menuju BC yang biasanya ditempuh dalam 12 jam ternyata meleset jauh melampaui
estimasi kami. Kami beberapa kali berhenti dalam perjalanan, yaitu mengurus
tiket travel, menjemput 2 penumpang lain (bukan pendaki), menjemput Bang Irul
di Pamenang, istirahat makan sore serta makan malam, serta menurunkan pesanan
barang di Sungai Penuh. Akhirnya kami tiba dengan selamat di BC jam 02.30 WIB
dengan kondisi badan yang sangat letih. Saat kami tiba di basecamp, rekan setim
yang sudah sampai duluan dengan penerbangan paling pagi dari Jakarta telah
tertidur pulas. Aku tak menemukan lapak kosong untuk menyandarkan badan yang
sudah pegal. Akhirnya aku bisa istirahat di sofa di ujung ruangan tersebut.
Kamis, 29 Juni 2017
Jam 05.00 WIB kami packing ulang sambi melengkapi logistik yang belum
tersedia. Jam 09.00 WIB kami diantar menuju pintu rimba.
![]() |
candid saat menunggu mobil arah pintu rimba datang |
Usai berdoa, Jam 10.00 WIB kami mulai start dari pintu rimba. Anggota fullteam kami yaitu Kus, Bang Ino, bang Zul, Bang Nival, Bang Hadian, Tika, Uya, Fikri, Agung, Ardi, Uut, dan Bang Dimas.
Perjalanan dari pintu rimba menuju pos 1, pos 2, dan pos 3 didominasi oleh
akar dengan tingkat kemiringan yang masih wajar untuk kategori Atap Sumatera.
Berikut catatan waktu kedatangan di tiap pos:
Kami tiba di pos 1 (Bangku Panjang) jam 10.12 WIB
Pos 2 (Batu Lumut) jam 11.00 WIB
Pos 3 (Pondok Panorama) Jam 12.20 WIB
![]() |
Pos 1 |
![]() |
Pos 3 |
Waktu di atas khusus catatan waktuku saja. Banyak temanku yang sudah sampai
duluan karena mereka adalah si dengkul
balap. Ada yang jalan di belakangku juga karena memang mereka adalah
sweeper yang tugasnya mengontrol jangan sampai ada anggota tim yang tertinggal
di belakang. FYI, di pos 2 terdapat sumber air yang terletak di sebelah kiri
dari arah pintu rimba. Hari pertama ngetrek ternyata aku sedang haid. Jadilah
perjalanan kali ini terasa melelahkan karena harus menahan nyeri di area perut
saat di trek. Tanjakan mulai terasa berat saat meninggalkan pos 3 untuk menuju
shelter 1.
![]() |
trek yang mengharuskan dengkul ketemu dagu |
Camp pertama kami di Shelter 1. Aku tiba di shelter 1 jam 14.30 WIB.
Setelah para lelaki bekerja sama mendirikan 4 buah tenda dan memasang flysheet,
kami para wanita memasak menu makan saat itu yaitu nasi+sop. Sebelum menu utama
siap, kami menggoreng empek-empek yang telah dibawa dari Palembang oleh rekan
kami, Ardi. Makan empek-empek beserta cuko di camp 1 menjadi moment yang luar
biasa. Luar biasa karena kami bisa berbagi empek-empek kepada tetangga sebelah.
Menjelang maghrib kami selesai memasak dan kemudian turun hujan. Kami segera
membereskan peralatan masak, ganti baju, makan, kemudian tidur.
Jumat, 30 Juni 2017
Pagi segera setelah bangun kami menyiapkan sarapan. Selesai sarapan kami
mulai beberes packing dan segera lanjut
menuju shelter 1. Perjalanan diawali dengan tanah yang becek dan
berlumpur akibat hujan semalam. Tanah yang licin membuat kami harus hati-hati
dalam melangkah dan mengambil pijakan untuk naik. Seringkali kami menemui
lorong sempit bekas jalan air yang harus kami lewati. Hal ini bisa dijadikan
tolok ukur apakah kami cukup langsing untuk melewati dan berjalan di celah yang
cukup sempit tersebut. Kalau aku sudah pasti celana akan banyak bergesekan
dengan tanah saat melewati lorong dan kotor pun tidak terhindarkan lagi. Dengan
bantuan tangan yang berpegangan pada pohon, perjalanan menuju shelter 3 dapat
berjalan dengan lancar walau kadang terpeleset. Berikut catatan waktu tempuh
menuju shelter 2 dan 3:
Jam 09.30 – 12.00 shelter 1 ke shelter 2
Jam 13.00 – 14.30
shelter 2 ke shelter 3
![]() |
Pemandangan di area shelter 2 |
![]() |
trek menuju shelter 3 |
Camp kami di shelter 3. Shelter 3 merupakan batas vegetasi sebelum area
lintasan menuju puncak Kerinci. Di dekat shelter 3 juga terdapat sumber air.
Kami mulai memasak setelah beberapa teman mengambil air.
![]() |
camp area di shelter 3 |
Menu makan: nasi, pecel, bakwan.
Jam 21.00 WIB aku sudah bersiap tidur di tenda. Entah kenapa sulit sekali
untuk memejamkan mata. Selang beberapa lama, saat aku masih terjaga, aku
mendengar suara orang memanggil namaku.
“Mbak Uut,,, udah tidur belum?”
“Belum Kus... Kenapa?” jawabku setelah mengenali bahwa suara tersebut milik
Kuswandi
“Gak papa, mbak. Cuma tanya aja”
#Gubrak! Batinku.
Lalu aku berusaha tidur kembali.
Sekitar jam 2 pagi aku kembali mendengar suara Kus yang berada tepat di
depan tendaku.
“Mbak Uut...ke sini deh..Ada dedek di sini.”
Aku langsung bangun, melepas SB dan dengan panik keluar dan menuju tenda
Kus. Uya yang tidur di sampingku juga ikut terbangun. Pelan-pelan aku dekati
tenda Kus dan kupanggil namanya. Tapi dia tidak menyahut. Akhirnya aku masuk ke
tenda Kus dan kutemukan dia tengah tertidur pulas tanpa mengenakan SB. Aku
bangunkan Kus. Dia terbangun dengan kaget melihatku berada di sana.
“Mbak Uut, kog di sini?’
“Lhah,,kamu manggil aku, Kus,, Katamu dedek ada di sini.”
“Ah, masa mbak? Saya gak manggil mbak kog. Saya kan tidur.” Sanggahnya.
Karena malas berdebat, akhirnya aku segera kembali ke tendaku. Tak lupa
kutunggu dia memakai SB lebih dulu. “Tidur ya, Kus...” perintahku.
Di tenda aku masih membahas hal tersebut dengan Uya. Kalau kata teman
terusil---- itu Kus hanya mengigau dan kemungkinan besok dia akan ingat apa
yang terjadi.
Sabtu, 1 Juli 2017
Bangun jam 04.00 WIB, persiapan summit. Kami summit attack mulai jam 04.30
WIB dan kami semua tidak sempat sarapan sebelum summit. Aku yang tidak memakai
geither tetap melaju dengan aman di trek pasir dan bebatuan. Tentu saja di
dalam sepatu banyak kerikil yang masuk terutama saat turun dari puncak. Summit attack kali ini aku lupa membawa
sarung tangan. Benar-benar lupa karena saat packing aku tidak fokus. Dingin
memang, tetapi harus terus berjalan agar hawa dingin tidak berasa. Puncak
selalu terasa lebih jauh, lebih tinggi dan lebih sulit dari yang terlihat. Badan
yang terbebas dari beban carriel membuat langkahku terasa bersemangat. Walaupun
perut keroncongan, asal tekad sudah dalam genggaman, maka percayalah semesta
akan bekerja membantumu mencapai tanah tertinggi sebagai tujuan dari kebanyakan
orang yang mendaki gunung. Setelah 1,5 jam akhirnya aku menemukan tempat yang
cukup datar. Di sana terlihat beberapa memorial pendaki salah satunya yaitu
tugu yudha. Sebaiknya kita ikut mendoakan mereka, jangan abai dan lewat begitu
saja. Sejatinya kita yang masih hidup di dunia pun pasti akan bertemu dengan
kematian, entah kapan.
![]() |
Tugu Yudha, jangan lupa bacakan doa untuk saudara kita |
Di sebelah kanan tampak Danau Gunung Tujuh mempercantik
pemandangan Ciptaan-Nya.
![]() |
Danau Gunung Tujuh tampak nyata di landscape |
Dari Tugu Yudha, puncak Indrapura sudah terlihat
jelas. Trek berubah menjadi batu-batu padat dan pasir. Kalau dibandingkan
dengan summit attack Semeru ataupun Rinjani, summit Kerinci masih menang dari
segi durasi waktu yang singkat jika start dari shelter 3. Alhamdulillah,
benar-benar summit ini lebih santai daripada perjalanan dari pos 1 hingga ke
shelter 3. Terasa bedanya jika kita mengandalkan hati dan menanggalkan ego. Aku
sampai di puncak Indrapura jam 06.30 WIB. Capek dan semua keluh kesah lenyap
saat tiba di puncak.
![]() | ||
The Highest Volcano Mountain In Indonesia
|
Terima kasih ya Alloh,,karena cuaca cerah dan sambutan
yang luar biasa dari semesta untuk kami semua yang tengah bertamu di Kerinci.
Setelah puas menikmati dan mengabadikan moment di puncak,
![]() |
thx all,,, kalian luar biasa |
![]() |
Otw turun menuju camp area |
kami bergegas turun
dari puncak jam 07.30 dan tiba di camp shelter 3 jam 09.00 WIB. Seluruh anggota
tim berhasil summit dengan catatan waktu yang berbeda tergantung kondisi
masing-masing.
![]() |
Nikmatilah jeda, karena akan ada hal yang terlewat dalam ketergesaan |
Menu pemulihan sehabis summit yaitu nasi goreng dan juga mie instant.
Turun dari shelter 3 menuju pintu rimba yaitu jam 12.00 – 18.30 WIB (khusus
catatan waktuku bersama tim sweeper). Dengkul lunglai sejak mendekati shelter
1. Alhasil dari shelter 1 menuju pintu rimba aku berjalan sangat pelan.
Untunglah beberapa teman masih setia menemani dan sabar menghadapi gaya
keongku.Hahahaha,,, maafkeun,,,
Tiba di BC kami langsung bersih diri makan dan istirahat karena besok kami
masih lanjut ke Danau Gunung Tujuh.
Minggu, 2 Juli 2017
Berangkat menuju Danau Gunung Tujuh sekitar jam 10 dari BC bang Levi.
Start ngetrek jam 12.00 – 14.30 WIB (khusus catatan waktuku bersama tim
sweeper).
Perjalanan menuju puncak gunung tujuh didominasi oleh akar pepohonan. Tidak
ada bonus, menanjak terus. Dengkulku yang sudah lunglai tak bisa dipaksa
berjalan dengan cepat seperti rekan yang lainnya. Walau punggung tanpa beban,
tetap saja jalanku seperti keong. Kami diperingatkan pendaki yang otw turun
bahwa di depan ada sarang tawon, sebaiknya kami ambil jalan ke kanan, jangan
lurus, takutnya tawon tersebut membahayakan rombongan. Kami pun menuruti mereka
dan selamat sampai di puncak gunung tujuh. Dari puncak kami tinggal turun
sekitar 15 menit untuk mencapai Danau Gunung Tujuh. Baru beberapa langkah
turun, hujan tiba-tiba datang. Hujan deras dan cukup lama membuat ku berhenti
bersama 2 rekan yang kala itu bersamaku. Akhirnya aku, bang Zul dan Bang Hadian
berteduh di sebuah pohon yang menyerupai goa. Kami bertiga berdesakan duduk dan
memastikan diri tidak kena cipratan air hujan yang jatuh dari langit. Kami
menggunakan matras yang ada di daypack yang dipake bang Zul. Sebuah matras
dilingkarkan di sekeliling kami bertiga, agar kami tidak kedinginan. Kami
berteduh cukup lama sampai berpapasan dengan banyak pendaki yang memilih tetap
berjalan di tengah guyuran hujan. Bang Hadian memutuskan untuk lanjut turun,
sedangkan aku dan bang Zul masih bertahan di sana. Tak berapa lama kami bertemu
dengan Pakde, pemilik BC yang kami tempati. Setelah berbincang sejenak dan
hujan agak reda, aku dan bang Zul turun untuk menyusul rekan yang sudah duluan.
Mendekati danau, kami dijemput oleh Bang Ino. Lantas kami diberitahu kalo isi
daypack kami adalah flysheet. Kami kaget karena memang tidak membuka daypack
dari tadi, takutnya ada barang milik pribadi. Akhirnya Aku bersama rekan
sejumlah 6 orang naik sampan untuk menuju area camp.
![]() |
Awesome banget MahaKarya Tuhan |
![]() |
Camp area di danau Gunung Tujuh |
Menu malem : nasi liwet, tumis kangkung, sosis, sambel tomat, kerupuk,
seblak campur gagang kangkung, donat
Masak ditemani hujan
|
![]() |
Donat ala Kuswandi |
Senin, 3 Juli 2017
Menu pagi: nasi liwet, sayur asem, bihun campur kacang panjang, sambel
bawang, martabak.
Sambil menunggu masakan matang, beberapa teman berenang di danau.
![]() |
Chef gunung sedang memasak nasi liwet |
Saat memasak bihun kecap, gas hi-cook habis total dan kami tak punya stok
lagi. Untunglah bihun sudah agak matang. Walaupun bihun tak matang sempurna,
teman-teman tetap makan dengan nikmat segala menu yang tersedia.
Jam 11.00 kami selesai makan dan beberes untuk bersiap kembali pulang. Saat
kami tengah beberes, sampan yang menjemput kami sudah tiba. Untungnya bapak
berdua dengan sabar menunggu kami hingga selesai packing.
![]() |
Ada banyak kisah yang bisa dikenang bersama |
![]() |
HBD uya,,, wish u all the best... |
![]() |
Sampan Danau Gunung Tujuh yang setia menunggu kami beres packing |
Jam 13.30 rombongan pertama mulai naik sampan. Rombongan kedua naik sampan
jam 13.45 WIB.
Jam 14.00 kami mulai berjalan dari pinggir danau untuk menuju puncak Gunung
Tujuh untuk selanjutnya turun menuju gerbang pendakian.
Jam 16.00 WIB aku dan orang-orang yang masih sabar menemaniku berjalan sampai
di lokasi penjemputan. Jam 16.30 WIB mobil jemputan datang dan kami semua
pulang menuju BC bang levi. Kami tiba di BC Jam 17.30 WIB dan langsung
melaksanakan ritual: sebagian bersih bersih, makan dan beristirahat.
![]() |
Squad kembali ke BC dengan sehat |
Sebelum pulang kami mengecek kembali seluruh barang baik pribadi mapun
kelompok, jangan sampai ada yang tertinggal di basecamp. Jam 20.00 WIB kami
meninggalkan BC dan menuju Jambi Kota. Jam 02.00 WIB kami mampir ke rumah bang
irul yang terletak di daerah Pamenang. Dari jalan lintas masuk gang kira-kira
800 m dan kami sampai di depan rumah bang Irul. Kami serombongan masuk dan
istirahat di depan TV. Telah tersedia 2 buah kasur yang digelar untuk menyambut
kami. Aku tertidur sampai jam 05.00 WIB. Terima kasih untuk bang Irul atas
jamuannya. Alhamdulillah bisa rebahan di kasur walau hanya 3 jam saja.
Selasa, 4 Juli 2017
Dari Pamenang kami lanjut menuju Jambi kota. Jam 08.00 WIB kami tiba di
loket travel. Kami sarapan di sana. Driver pun istirahat sejenak.
Jam 11.00 WIB kami sudah tiba di bandara Sultan Thaha. Sambil menunggu
waktu check-in sekitar jam 17.00 WIB kami sibuk bersih diri, makan siang dan
jalan-jalan di sekitar area Bandara.
Pesawat kami sempat delay selama sejam dan akhirnya kami semua tiba dengan
selamat di bandara Soeta jam 20.30 WIB
Aku naik Damri jam 21.30 WIB dan sampai di Stasiun Gambir jam 22.30 WIB.
Sedangkan keretaku berangkat jam 23.30 WIB. Waktu yang masih longgar sebelum
boarding aku manfaatkan untuk membeli jajan sebagai bekal di dalam kereta. Aku
boading bersama sepasang suami istri dari Jakarta yang baru akan mudik ke Bantul. Beliau berdua
sangat mengapresiasi ceritaku yang baru turun gunung. Untunglah, obrolan kami
selama satu jam tidak berujung pada pertanyaan horror. Hahahaha.... Obrolan
kami harus berakhir ketika kereta kami telah tiba. Beliau dan aku tidak
berjodoh untuk bisa satu gerbong.
Hikmah yang dapat dipetik dalam perjalanan ini yaitu:
- Pemilihan waktu pendakian saat lebaran bukanlah hal yang baik menurutku. Kenapa? Saat lebaran yang seharusnya dipakai kumpul dengan keluarga malah dipakai untuk kegiatan pribadi. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan kehendak orang tua yang ingin anak-anaknya berkumpul saat lebaran sampai dengan H+7. Buatku ini sangat mungkin berpengaruh terhadap kinerja dengkul saat di alam. Ketika orang tua memberikan izin dengan setengah hati maka aku merasakan betapa alam juga enggan bekerja sama dengan langkah kakiku.
- Biaya transportasi cenderung meningkat pada "session lebaran"
- Hati-hati jika melakukan pendakian bersama “cewek” saat datang bulan. Sekadar info saja bahwa “cewek” akan sangat sensitif dan emosinya sangat labil jika sedang PMS dan jangan malah diajak becanda selama di trek. Untunglah hanya ngambek,, tidak lebih dari itu. Wkwkwkwk,, ya kali ngambeknya suruh ditahan, di trek jangan ngambek?! #ahsudahlah....
Special thanks to:
- Alloh SWT pemilik alam semesta
- Orang tua, sanak saudara dan sahabat yang selalu mendoakan
- Kus, Bang Ino, bang Zul, Bang Nival, Bang Hadian, Tika, Uya, Fikri, Agung, Ardi, dan Bang Dimas atas pengorbanan, kerja sama, toleransi dan canda-tawa selama seminggu di tanah Sumatra
- Para dengkul racing yang tetap sabar di belakang, mengawal 1 keong...
- Para Chef gunung yang berpengalaman atas pelajaran memasak saat di alam
- Para pengisi waktu luang dengan curhatannya sehingga aku gak penasaran lagi. Tenang, aku akan pura-pura polos saja. wkwkwkwkwk
- Bang irul,,,, atas persinggahan di rumah Pamenang dan turut serta sampai di pintu rimba.
Love you all,,,semoga bisa barengan lagi di lain
kesempatan... *_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar