Selasa, 30 April 2019

Menapaki Tiga Puncak pada Jalur Pendakian Terpanjang di Pulau Jawa

Gunung Argopuro yang berada di provinsi Jawa Timur merupakan gunung dengan trek terpanjang di Pulau Jawa. Para pendaki lebih sering lintas jalur dalam pendakian Argopuro yaitu naik melalui Baderan (kabupaten Situbondo) dan turun di Bremi (kabupaten Probolinggo). Total jarak tempuh selama pendakian dari Baderan – Bremi sekitar 40 km. Oleh karena trek yang akan kami lalui cukup panjang, maka kami memilih melakukan pendakian ini saat musim libur lebaran.

Yeayy, keturutan juga datang ke Argopuro


Sebenarnya, sudah dua kali aku berencana mendaki gunung Argopuro dan gagal. Rencana pertama  gagal karena leader tim yang mendadak berhalangan dan akhirnya membatalkan pendakian kami, padahal kami berempat sudah membeli tiket kereta. Rencanaku yang  kedua gagal karena kondisi tubuh yang kurang fit sehingga aku memutuskan mundur pada H-1 pendakian. Sangat disayangkan memang. Tapi aku tidak mau memaksakan diri  untuk tetap ikut dan nantinya malah bisa merepotkan orang lain selama pendakian.

Aku setuju dengan pepatah “Lebih baik Merencanakan tapi berujung gagal daripada Gagal Merencanakan” Aku tidak ingin menyerah dalam merencanakan pendakian Argopuro. Setelah menebar racun di beberapa kawan dari Tangerang akhirnya terbentuk lah grup WhatsApp “Pendakian Argopuro” pada akhir bulan Februari 2018. Selama 4 bulan kami mendiskusikan persiapan pendakian di grup. Karena pendakian kali ini merupakan salah satu perjalanan yang panjang maka segala hal perlu disiapkan dengan matang.

Awal bulan Juni ditetapkan jumlah peserta pendakian Argopuro sebanyak 12 orang (Bang Bibir, Bang Ponco, Bang Deri, Bang Dymas, Uut, Mattew, Tika, Dinda, Ersyad, Malih, Syarif dan Mas Manto) dari berbagai penjuru kota. Setiap perjalanan mempunyai kisah yang tak akan sama. Selama 5 hari 4 malam kami bersama, banyak hal yang bisa dijadikan sebagai pengalaman belajar di alam. 

Kali ini aku tidak akan menceritakan secara detail tentang kisah perjalanan kami di gunung Argopuro. Akan sangat panjang jika cerita kami selama 5 hari 4 malam aku tuliskan di sini. Aku putuskan untuk membagi beberapa hal yang perlu diperhatikan saat kita akan dan sedang mendaki gunung Argopuro.

(1) Hunting info tentang Gunung Argopuro

Jika kita hendak menuju tempat yang kita sendiri belum pernah ke sana, alangkah baiknya kita mencari info sebanyak mungkin tentang tempat tersebut. Kami banyak menggali informasi tentang pendakian gunung Argopuro lewat internet. Sudah banyak yang menuliskan catatan perjalanan mereka di Argopuro. Jika belum mantap, kita tinggal berdiskusi kepada teman-teman sesama pendaki yang telah lebih dulu berkunjung ke Argopuro. Di manakah letak sumber air? Bagaimana kondisi jalur di gunung Argopuro? Berapa lama waktu normal pendakian? Yang tidak kalah penting adalah ketersediaan peta jalur pendakian Argopuro. 


 Trek menuju Pos Mata Air 1


Catatlah semua informasi yang sudah didapatkan. Semua info tersebut akan dijadikan sebagai landasan dalam menyusun rundown pendakian.

(2) Menyusun Rundown Pendakian Argopuro

Rundown digunakan sebagai acuan dalam pendakian. Sebisa mungkin kita patuhi rundown yang telah disusun dan disepakati bersama. Jika saat di lapangan terjadi hal-hal yang sifatnya tidak terduga, kita juga harus menyiapkan rundown cadangan.Kami mendaki Argopuro pada high seasons yakni libur lebaran sehingga wajar saja banyak pendaki yang memadati jalur pendakian. 

Pos Mata Air 2


Sejak start ngetrek dari pintu rimba kami sudah bertemu rombongan pendaki lain. Pos mata air 1 yang sudah penuh dengan tenda memaksa kami terus berjalan naik. Saat hari mulai gelap kami putuskan untuk mencari lapak terdekat dengan sumber air pos 1. Alhamdulillah, kami menemukan tanah yang cukup datar di sebelah kiri jalur pendakian dan muat untuk 2 buah tenda kami.

Makan semangka di Alun - Alun Kecil

Verbenna nya bikin kangen sama Semeru


Gunung Argopuro layak mendapat sebutan “seribu savana”. Banyak sekali savana yang harus kami lalui pada jalur Baderan. Dari pos mata air II kami masuk hutan lalu ketemu savana, masuk hutan lagi dan ketemu savana lagi. Begitu seterusnya sampai di Sabana Lonceng. Savana di Argopuro memang sangat indah. Sesiapapun yang datang melihat keindahannya akan dibuat takjub oleh semesta.

Cikasur

Cikasur

Cikasur
Foto bersama di Cikasur

Cikasur merupakan savana yang sangat luas yang berada di jalur pendakian via Baderan. Tempat tersebut juga menjadi campsite yang ideal bagi para pendaki karena ketersediaan air yang melimpah dari Sungai Qolbu. Salah satu pemandangan yang memanjakan mata yaitu aliran sungai yang jernih dan di pinggiran sungai tumbuh rimbun selada air. Terkadang tak hanya pendaki yang bisa memetik selada air untuk dijadikan santapan di tenda, tetapi warga sekitar gunung Argopuro juga datang ke Cikasur untuk memanen selada air. Selain itu, Cikasur juga menjadi habitat hewan-hewan misalnya merak, ayam hutan, rusa, lutung dan beberapa hewan lainnya. Rumput yang cukup tinggi di savana Cikasur membuat kami semakin merindukan kasur yang ada di rumah.Hihihi....

Campsite di Rawa Embik


Perjalanan hari ketiga yang sempat ditemani hujan ternyata tidak sesuai target. Saat hari mulai beranjak sore, kami baru tiba di Rawa Embik. Rawa Embik meruapakan versi mini dari Cikasur. Di sana terdapat area camp dan aliran sungai kecil yang jernih. Rawa Embik merupakan sumber air terakhir sebelum kami sampai di Taman Hidup. Kondisi tim yang cukup kelelahan dan badan yang mulai menggigil tidak bisa dipaksakan untuk mengejar target camp di Sabana Lonceng yang masih sekitar 1 – 2 jam perjalanan. 

Berdasarkan musyawarah bersama kami memilih untuk mendirikan tenda di Rawa Embik.Konsekuensi yang diperoleh sebagai akibat ngecamp di Rawa Embik yaitu sepagi mungkin kami harus bergerak menuju Sabana Lonceng. Tidak hanya itu, kami juga harus membawa bekal air yang cukup hingga kami tiba di danau Taman Hidup. Sebanyak 10 liter air diangkut oleh Menteri Perairan kami yaitu Mas Manto di kerilnya. Sedangkan kawan yang lain rata – rata membawa air sebanyak 1,5 liter hingga 3 liter. 

Sabana Lonceng


Sabana Lonceng biasa dipilih sebagai campsite sebelum summit attack ke puncak Rengganis, puncak Argopuro serta puncak Arca. Puncak tertinggi yaitu puncak Argopuro dengan ketinggian mencapai 3088 mdpl. Puncak Rengganis yang berkaitan erat dengan kisah Dewi Rengganis dikelilingi oleh batuan berkapur. Saat menuju puncak Rengganis kami melihat bekas puing suatu bangunan dan tumpukan batu yang mirip makam. Diperkirakan tempat tersebut merupakan petilasan dari sang Dewi.

Petilasan Dewi Rengganis

Puncak Rengganis


Kami disuguhi pemandangan yang tertutup vegetasi saat berada di Puncak Argopuro. Di sana juga terdapat tumpukan batu sebagai pertanda sisa – sisa sejarah di Puncak Argopuro. Dari puncak Argopuro kami beranjak menuju camp terakhir yaitu Danau Taman Hidup. Setelah 15 menit berjalan kami sampai di Puncak Arca/Hyang yang merupakan puncak semu. Keunikan dari puncak ini yaitu terdapat sebuah arca yang sudah tidak utuh lagi.

Selebrasi di Puncak Argopuro

Puncak Arca/Hyang

Turun dari puncak Arca dan menuju Taman Hidup

Kabut syahdu di Taman Hidup




(3) Management logistik
Logistik merupakan salah satu hal yang utama jika kita melakukan pendakian. Asupan gizi yang kita makan selama di gunung akan berpengaruh terhadap  kondisi fisik. Walau sedang berada di gunung, usahakan tubuh tetap memperoleh gizi sehingga tubuh tidak mudah lelah dan sakit. Kami menyiapkan daftar menu masakan lalu mencatat bahan apa saja yang harus kami beli. List menu akan sangat membantu dalam penentuan porsi belanja yang disesuaikan dengan kebutuhan tim. Perhatikan lama pendakian dan jumlah anggota dalam tim untuk memperkirakan kebutuhan logistik dalam tim. 

Pendakian Argopuro dengan waktu tempuh normal 5 hari 4 malam dan jumlah anggota tim kami sebanyak 12 orang tentu membutuhkan logistik yang tidak sedikit. Kami menghabiskan 7kg beras, minyak goreng 1,5 liter, telur 1kg, mie instant 15 bungkus, dsb. Adapun beberapa menu yang kami siapkan yaitu nasi putih, nasi liwet, ikan asin, sambal, kering tempe+teri+kacang, bihun jagung, tumis kacang panjang, omelette, bala-bala, sayur sop, sarden, dan pecel.

Menu sarapan di Cikasur


Memasak di campsite pertama (Pos Mata Air 1)

Makan bersama di Rawa Embik
Menyiapkan makan malam di Taman Hidup

Agar perjalanan lebih menyenangkan tak lupa kami membawa buah – buahan yaitu semangka, nanas, melon, pir, dan apel. Buah – buahan tersebut kami nikmati bersama saat istirahat di trek. Madu, coklat ataupun gula jawa merupakan pilihan camilan penambah energi saat kita  mendaki gunung.

Perjalanan hari pertama kami membeli nasi saat masih di area pasar sekitar BC. Nasi tersebut bisa dimakan saat di trek. Sekadar mengganjal perut karena petang hari biasanya baru tiba di campsite. Untuk lauk, bekal kering tempe+kacang+teri yang dibawa dari rumah bisa menjadi alternatif jika malas memasak di trek
Semua perlengkapan dan logistik tim kami bahas di grup. Jika memungkinkan, sebaiknya diadakan kopdar agar lebih maksimal dalam mempersiapkan pendakian. Saat kopdar kami lebih leluasa berkomunikasi dan jika terdapat masalah, saat itu juga bisa dicarikan solusi lain.

(4) Bagilah Bawaan Kelompok
Setiap melakukan pendakian pasti kita telah menyiapkan list barang bawaan yaitu barang pribadi dan barang kelompok. Barang pribadi harus kita bawa secara mandiri di dalam tas gunung kita masing – masing. Sedangkan barang kelompok bisa dishare kepada kawan yang lain dengan disesuaikan pada kemampuan dan volume tas gunung (keril) mereka. Kebanyakan yang terjadi adalah laki-laki dianggap lebih kuat dari wanita. Pendaki wanita sangat diuntungkan dalam hal ini karena para lelaki yang biasanya membawa beban lebih berat di keril masing-masing. Jadi para wanita tinggal membawa barang pribadi di dalam keril masing – masing.

Entah di sabana yang mana kami akan berkumpul kembali. Hehe...

Kegiatan pendakian bukanlah kegiatan yang ringan. Dibutuhkan mental dan fisik yang kuat agar bisa mencapai tujuan naik gunung yaitu “pulang kembali ke rumah dengan selamat”. Untuk mendukung pencapaian tim pada tujuan maka perlu kerja sama antar anggota tim. Jika para lelaki sudah rela membawa beban lebih di pundak, maka para wanita juga harus tahu diri. Jangan membebani mereka dengan sifat manja yang berlebihan selama di trek. Kita tentu tidak ingin dianggap sebagai wanita yang merepotkan selama pendakian. Sebisa mungkin bantulah rekan satu tim saat tiba di campsite, misalnya membantu mendirikan tenda, mengatur dan menata logistik tim untuk selanjutnya diolah dan menjadi santapan bersama.




(5) Atur Formasi saat Trekking
Pengaturan formasi saat trekking berguna untuk mencegah ada anggota dalam tim yang tercecer. Ritme kaki masing – masing orang berbeda, tergantung kondisi tubuhnya. Terkadang aku bisa berjalan cepat, tapi tak jarang pula langkah kaki ku melambat saat menyusuri jalur pendakian Argopuro. Untuk menghindari anggota tim yang mungkin bisa tertinggal di belakang, maka kita perlu mengatur formasi saat trekking.

Berjalan beriringan namun tak lupa berfoto bersama

Kami berjalan beriringan di mana wanita selalu berjalan di barisan tengah. Mengapa? Hal itu dilakukan guna memacu kami (para wanita) agar berjalan dengan langkah yang mantap dan tetap berusaha mengimbangi kecepatan kawan yang berada di depan. Hal tersebut cukup efektif agar barisan kami tetap rapat selama di trek. Jika dirasa telah lelah, jangan malu untuk berteriak “break”. Lebih baik simpan energimu untuk 5 hari ke depan daripada sejak hari pertama kamu sudah berjalan sangat cepat dan “ngoyo”. Jangan sampai kakimu kram karena terlalu memaksakan diri berjalan tanpa istirahat.

Hutan Lumut yang lembab dan rapat

Perjalanan dari puncak Arca menuju Danau Taman Hidup yang menurut logika kami adalah jalan menurun yang bakalan bikin kami bisa berlari, ternyata anggapan kami salah. Kami harus berjalan melipir di punggungan bukit untuk menuju Cemara Lima. Rasa lelah yang sudah menumpuk selama perjalanan 3 hari di gunung membuat energiku terkuras saat harus berkonsentrasi memegang akar pohon untuk membantu menjaga keseimbangan tubuh dalam perjalanan turun. Memasuki hutan lumut langkah kakiku mulai oleng karena rasa capek yang tidak tertahankan. Situasi yang tidak memungkinkan untuk beristirahat membuat aku terpaksa berjalan terus sampai di Danau Taman Hidup. Menjelang Maghrib kami tiba di Danau Taman Hidup. Alhamdulillah, bisa istirahat sambil selonjoran.

Jika kamu ingin berjalan cepat, maka berjalanlah seorang diri dan jika kamu ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama-sama. Ungkapan tersebut sangat pas untuk mewakili kisah perjalanan kami di gunung Argopuro.


Istirahat sedikit ^_*


Sedikit lagi sampai di Bremi, Lur!

 Nikmatilah jeda, karena akan banyak  hal – hal indah di sekitarmu yang terlewat jika kita tergesa – gesa. Manfaatkan momen istirahat sebaik mungkin. Untuk minum seteguk air, untuk mengatur nafas, atau sekadar melemaskan otot – otot kaki.


Istirahat dulu, puncak masih jauh.


Betapa semesta mendukung perjalanan kami di Argopuro. Walaupun ada beberapa hal yang meleset dari rundown, kami akhirnya menyelesaikan pendakian pada hari kelima dan sampai di Bremi dengan selamat sesuai planning. Terima kasih semesta. Terima kasih gengs. Alhamdulillah,,semoga suatu saat bisa berkunjung kembali ke Argopuro.

Kebahagiaan kami saat sampai di Bremi
Istirahat di Gerbang "Selamat Datang Danau Taman Hidup"

*********************************************************************************


Ringkasan durasi pendakian gunung Argopuro 5 hari 4 malam


Trekking

Waktu

Campsite

Day 1
Pintu rimba – pos mata air 1

4 jam
Atas pos mata air 1 (naik lagi sejauh 400-an meter)
‘lapak darurat muat 2 tenda’
Day 2
Mata air 1 – mata air 2
2 jam
Cikasur
Mata air 2 – cikasur
3 jam
Day 3
Cikasur – Cisentor
3 jam
Rawa Embik
Cisentor – Rawa Embik
2,5 jam
Day 4
Rawa Embik – Sabana Lonceng
1,5 jam
Taman Hidup
Sabana Lonceng – Puncak Rengganis
30 menit
Sabana Lonceng – Puncak Argopuro
45 menit
Puncak Argopuro – Puncak Arca
20 menit
Puncak Arca – Cemara 5 – Hutan Lumut – Taman Hidup
4 jam
Day 5
Taman Hidup – Bremi (Gapura Selamat Datang di Danau Taman Hidup)
3,5 jam


Rincian biaya pendakian Argopuro (versi Lebaran 1939 H):
1.
Tiket KA (Lempuyangan – Surabaya Gubeng)
@ 98 ribu
2.
Tiket KA (SGU – Probolinggo)
@27 ribu
3.
Carter Elf rute Probolinggo ke Baderan dan Bremi ke Probolinggo (12 orang)
@ 135 ribu
4.
Belanja logistik (12 orang)
@ 87 ribu
5.
Simaksi 5D4N
@120 ribu
6.
Ojek BC Baderan – Pintu Rimba
@ 40 ribu
7.
Tiket KA (Probolinggo – Yogyakarta)
@ 88 ribu
8.
Lain-lain
@ 50 ribu

TOTAL
645 ribu



^SEMOGA BERMANFAAT^