Pada bulan september tanggal 10-11 tahun 2016, aku dan beberapa teman mendaki gunung Salak.
Gunung salak berada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Plan kami yaitu
start melalui jalur Cimelati dan ngecamp di puncak Salak I yaitu Puncak Manik
dengan ketinggian 2211 meter. Menurut teman yang lebih berpengalaman, jalur
Cimelati merupakan jalur paling cepat untuk menuju Puncak Salak I dibanding
jalur lain yaitu via Cidahu, via Pasir Reungit maupun via Girijaya.
Aku berangkat dari kos di Bojongkulur naik angkot tanggal 9 September 2017
jam 19.00 WIB menuju meeting point di Tol Jagorawi. Karena sudah terlalu malam,
bus yang harusnya kita tumpangi hingga ke Cicurug barusan berangkat dan bus
selanjutnya akan beroperasi kembali keesokan harinya. Kita kemaleman, maklum
saja, beres kerja jam 17.00 WIB. Akhirnya, Kita pun naik elf sampai ke Ciawi
dan oper naik bus sampai ke Cicurug. Di cicurug, kita istirahat dan bermalam di
rumahnya Vian. Keesokan paginya kami menyewa pick up dan diantar hingga ke
Cimelati. Start dari rumah Vian jam 05.30 dan kami masih harus mampir ke pasar
untuk membeli perbekalan sebelum pendakian.
Kami berangkat dari Pos Penjagaan dengan membayar seikhlasnya yaitu Rp 50.000 untuk rombongan kami. Tim kami terdiri atas 13 personil yaitu Vian sebagai guide membawa 3 teman asli Cimelati, serta Bang Ponco,Malih, Bang Deri, Arum, Irma, Athenk, Eki, Kus dan Uut yang notabene bertemu saat pendakian Semeru sebelumnya. Berangkat menuju pos 1 jam 08.00 dan sampai di pos 1 jam 08.52 WIB.
Awal perjalanan menuju pos 1 kami melewati perkebunan dan jalan setapak yang tidak terlalu terjal. Dari pos 1 menuju pos 2 mulailah jalur yang terdapat banyak akar pohon yang licin. Gunung salak dengan vegetasi hutan yang rapat membuat suasana hening. Di tengah keheningan kita bisa mendengar suara kicauan burung di tengah hutan.
Selagi menikmati kondisi alam sekitar, seorang
teman nyeletuk “Pos 2 break ya, sarapan dulu”. “Iya” sahutku. Lalu aku berkata
pada Vian, “Pos 2 masih jauh?”. “Dekat, kog” jawab Vian. “Mbak,,katanya pos 2
deket..mana? Kog gak nyampe-nyampe?”. “Itu di depan, dikit lagi katanya” kataku
berusaha menghibur.
![]() |
Sampai di pos 2 langsung cekrek... |
Tak dapat dipungkiri kalau kita ngetrek padahal perut yang
kosong udah berteriak minta diisi, maka jalanpun menjadi tidak fokus. Bawaan
pikiran cuma ‘Uhh, kena PHP nih,’. Beberapa menit kemudian Vian berteriak
“Buruan, Pos 2 nih”. Lantas aku ulangi teriakan itu “Noh, depan Pos 2 beneran”.
Kami sampai di pos 2 jam 09.39 WIB. Segera kami melahap nasi uduk yang dibeli
dari pasar dengan lauk seadanya. Sarapan sudah dilakukan, energi terisi lalu
kami lanjut menuju pos 3 dengan penuh semangat. Kami sampai di pos 3 jam 09.59
WIB.
![]() |
Di pos 3 juga taken a pict |
Pos 3 merupakan satu-satunya pos yang terdapat sumber air. Kami istirahat cukup lama saat di pos 3. Sambil mengisi ulang botol air mineral kami menikmati bekal roti yang dibawa. Pos 3 juga terdapat lapak untuk mendirikan tenda karena tanah lumayan datar dan lapang dibanding pos pos selanjutnya sebelum sampai ke puncak. Mulai dari sini kami berjalan terpisah. Rombongan kawan Vian, tiga orang sudah jalan duluan seakan trek terjal setelah pos 3 bukanlah hal yang sulit. Menurutku mulai terjal yaitu dari pos 3 hingga ke puncak. Ayunan kakiku harus diimbangi dengan tangan yang berpegang erat pada akar pohon. Pokoknya seringkali dengkul bertemu dengan dagu apalagi dengan panjang kaki yang pas-pasan. Alhamdulillah masih ada pohon maupun akar sebagai back upnya. Rombongan paling belakang yaitu para porter, ada yang membawa tenda, ada yang membawa logistik. Jangan salah, di antara mereka ada yang kerilnya berisi 1 buah semangka bulat, utuh. Sedangkan rombongan cewek yaitu Aku, Arum dan Irma konstan berada di tengah.
Kami tiba di pos 4 pada jam 12.27 WIB. Jalur dari pos
4 menuju pos 5 masih didominasi tanah, serta akar pepohonan rapat yang licin.
Langkah kaki orang yang sering “main” ke gunung salak dengan langkah kaki
pendaki pemula akan tampak bedanya. Langkah kaki mereka mantap dan cepat serta
sangat seimbang, sedangkan langkahku terkesan bimbang memilih pijakan serta
sering oleng apalagi saat perjalanan turun esok hari. Vian hanya beralaskan
sandal jepit sedangkan kami memakai sepatu gunung *_*
Sampailah kami di pos 5 jam 13.31 WIB. Berhenti di pos untuk sejenak
mengistirahatkan dengkul dan mengatur nafas. Setelah cukup istirahat kami
lanjut dan sampai di pos 6 jam 14.01 WIB.
Baru berjalan beberapa langkah dari pos 6 tiba-tiba hujan rintik-rintik
yang lama kelamaan menjadi hujan deras. Dan kami harus mengenakan mantel untuk
mengurangi resiko basah kuyup. Kami berjalan di tengah guyuran hujan, dengan
trek yang semakin parah karena tanahnya semakin berlumpur dan licin.
Hingga kami tiba di puncak hujan masih menyisakan bekas genangan air di camping ground. Sampai
di Puncak Manik Salak 1 dengan ketinggian 2211 mdpl yaitu jam 15.00 WIB.
Banyak pacet berukuran raksasa berwarna hitam yang kami temukan sedang
berkeliaran di sekitar camping ground di Puncak manik. Kami menyebutnya pacet
gajah..
Saat tiba di puncak kami langsung mengecek apakah ada anggota badan yang
ditempel oleh pacet. Dan ternyata saya dan Malih di tempel pacet di bagian
tangan. Segera saja pacet yang tengah asyik mengisap darah disundut dengan
rokok hingga terlepas dari tangan kami.
Sebagian dari kami mulai mendirikan 4 tenda. Keempat tenda kami merada
tepat di samping Plang Puncak Manik. Sementara yang lain mendirikan tenda, ada
juga yang sengaja menjemur pakaian dan mantel yang basah terkena hujan di track. Sore itu kami memasak seblak,
salah satu makanan favoritku di Bogor. Yang memasak adalah Chef Arum dan Irma.
Petang hari kami melahap masakan yang telah siap di dalam tenda. Setelah makan,
beberes dan ganti baju, kami para cewek segera masuk ke tenda dan langsung
tidur karena kelelahan diguncang track
salak.
![]() |
Suasana pagi di sekitar tenda |
Sarapan sudah siap. |
Sarapan bersama terasa lebih nikmat |
Keesokan harinya kami memasak nasi, bakwan dan sop sebagai menu sarapan.
Ada juga minuman segar campuran nata de coco dengan potongan semangka yang dibawa
dari bawah. Ketika sarapan hampir siap, aku teringat sisa nasi uduk yang kami
makan di pos 2. Lantas, aku bertanya, “Di mana nasi uduknya?Biar dihangatkan.”
Lantas tak ada yang merespon. Lalu ku dekati mereka yang kemarin jalan paling
belakang. Barulah mereka mengaku bahwa nasi uduknya sudah habis kemarin siang
karena mereka sangat kelaparan di track. Aku geli sendiri menyaksikan mereka
yang saling menuduh siapa biang kerok yang memprovokasi agar nasi tersebut
dimakan. Cerita inilah yang akan selalu terkenang dan membekas di hati. Selesai
makan, kami berfoto ria di sekitar tenda dan plang puncak.
Foto bareng di Puncak Manik |
![]() |
Puncak sudah sepi saat kami hendak otw turun |
Jam 10.00 WIB kami mulai turun dari puncak Salak I. Tiba di pos 3 kami
istirahat agak lama. Kami juga memberikan surprise ke Ateng yang berulang tahun
ke-17 hari itu. Duh, masih muda belia yak... Kus memang sudah menyiapkan kue
untuk Ateng dan sengaja akan diberikan di gunung Salak. Mulailah Ateng dikerjain oleh para seniornya kala itu.
Dia diminta meniup api dari trangia sebagai lambang tiup lilin sebelum potong
kue. Kasihan sekali Ateng, meski sudah berulangkali mencoba meniup sekuat
tenaga, tetap saja api tersebut tak kunjung padam. Akhirnya, walau gagal meniup
api, acara potong kue berjalan dengan penuh haru. Semua menikmati kue rasa
durian bersama-sama, kecuali Aku. Masalahnya aku gak suka durian, jadi kue/cake
rasa durian tidak kumakan. Potongan kue yang kecil sudah bisa dicicipi
masing-masing. Karena masih lapar, akhirnya kami membongkar logistik yang tersisa
dan mulai memasak mie serta membuat kopi dan susu.
Perut memang susah diajak kompromi saat sedang lapar. Seperti pepatah “Logika tak akan berjalan tanpa logistik”. Setelah perut kenyang dan dengkul lumayan terkondisikan kami segera beberes dan lanjut turun hingga pos penjagaan. Jangan heran kalau dengkulku jadi tremor. Dari puncak hingga pos 2 semua tumpuan beban dan berat badan jatuh di kaki. Trek yang licin membuatku melangkah sangat pelan dan hati-hati. Akhirnya kami sampai di pos penjagaan jam 16.00 WIB. Sambi menunggu pick up menjemput kami lapor ke pos penjagaan bahwa kami semua turun dengan anggota lengkap dan semuanya sehat.
![]() |
Ateng dan bang Ponco |
Ateng meniup lilin ULTAHnya |
Kelaparan di pos 3 |
Perut memang susah diajak kompromi saat sedang lapar. Seperti pepatah “Logika tak akan berjalan tanpa logistik”. Setelah perut kenyang dan dengkul lumayan terkondisikan kami segera beberes dan lanjut turun hingga pos penjagaan. Jangan heran kalau dengkulku jadi tremor. Dari puncak hingga pos 2 semua tumpuan beban dan berat badan jatuh di kaki. Trek yang licin membuatku melangkah sangat pelan dan hati-hati. Akhirnya kami sampai di pos penjagaan jam 16.00 WIB. Sambi menunggu pick up menjemput kami lapor ke pos penjagaan bahwa kami semua turun dengan anggota lengkap dan semuanya sehat.
Alhamdulillah misi ke salak sukses. Aku, bang Deri, Kus dan Ekky turun di
pertigaan Cimelati jam 17.30 WIB. Kami menunggu bis ke arah Jagorawi lumayan
lama. Habis Isya, barulah kami putuskan naik angkot sampai Ciawi lalu sambung
Bus dan turun di tol Jagorawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar