Kamis, 11 Mei 2017

Pendakian Gn Rinjani 3726 mdpl via Sembalun



RINJANI. Siapa yang tak kenal dengan gunung berapi tertinggi ke-2 yang terletak di Pulau Lombok bagian utara, NTB. Sudah setahun terakhir aku memimpikan berkunjung melihat keindahan Rinjani seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Pendakian rinjani ini aku ikutan open trip bersama beberapa teman pendakianku. Open trip paling murah yang kuamati dari media sosial. Bagaimana tidak murah,,karena panitia memang tidak menyediakan porter tenda maupun logistik. Yang punya porter pribadi juga boleh dibawa.hahaha. Seluruh peserta yakni 33 orang dibagi ke dalam 3 kelompok kecil. Masing masing tim terdapat seorang ketua yang bertugas mengkoordinir anggota mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan pendakian. Aku masuk dalam tim 3 yang terdiri atas 2 perempuan (Uut dan Tika) dan 9 laki-laki (Bang Ino, Kus, Bang Irul, Ardi, Adit, Rudi, Koh Hengky, Darmadi, dan Ateng).

Panitia memberikan pilihan meeting point di Pelabuhan Lembar dan Bandara Lombok Praya. Untuk menghemat budget aku memilih rute darat menuju mepo. Perjalananku dimulai dari stasiun Lempuyangan dengan kereta Sri Tanjung menuju stasiun Banyuwangibaru. Kami ber-9 (Adul sebagai koordinator dan pengikutnya yaitu Begenk, Bang Ozi, Bang Ari, Bang Irul, Ateng, Tika, Aku serta Mas Adi) berada di gerbong 1 sehingga dapat bercengkrama dengan leluasa selama 14 jam. Tiba di stasiun Banyuwangibaru kami istirahat sembari isi perut di sebuah warung. Jam 24 tengah malam barulah kami meneruskan perjalanan menuju pelabuhan Ketapang karena menunggu 2 orang teman yang berasal dari Kediri (Bang Way dan Wilhan).  
 
Untuk mengusir kebosanan di kapal, mending Selfie
Retribusi kapal penyebrangan dari ketapang menuju gilimanuk yaitu 6.000 per orang. Tidak sampai setengah jam kami telah tiba di gilimanuk. Dari gilimanuk menuju pelabuhanPpadang bay kami menggunakan bus dengan durasi perjalanan sekitar 4 jam dan biaya 60.000 per orang. Perjalanan kemudian dilanjut dengan naik kapal penyebrangan menuju pelabuhan Lembar dengan durasi 6 jam dan biaya 40.000 per orang. Kala itu kudengar mesin kapal hanya 1 yang berfungsi sehingga perjalanan menjadi lebih lambat dari waktu normal. Sekitar pukul 15.00 WITA kami tiba di pelabuhan Lembar dan minibus telah stand by untuk mengantar kami menuju tempat transit di desa sembalun. Sebelum tiba di sembalun kami belanja di pasar untuk melengkapi logistik tim selama pendakian di rinjani. Kami baru tiba di tempat transit pukul 20.30 WITA. Sungguh perjalanan darat memang menguras tenaga dan waktu. Tetapi di balik semua kemoloran jadwal yang telah disusun, kami banyak mendapatkan keseruan, kehebohan, keakraban, serta kehangatan antar sesama peserta trip selama perjalanan.


Sampai di Pelabuhan Lembar langsung bertemu tim Penjemput
    
Keesokan paginya, Senin, 24 April 2017 kami diantar pick up sampai di pintu Rimba Gunung Rinjani. Setelah berdoa dan puas berfoto di pintu rimba kami mulai berjalan menuju pos 1. Dimulai dari tim 1, lalu tim 2 dan terakhir tim 3. 
Bersama tim 3 sebelum mulai Mendaki

Pendakian via sembalun ini pada awalnya kita akan disuguhi sabana yang membentang luas dan indah dan sesekali terdapat ilalang. Sejauh mata memandang nampak warna hijau mendominasi. Masker pelindung wajah, topi, dan sunblock wajib hukumnya jika mendaki via sembalun. Jika anda mengabaikan hal ini, maka jangan mengeluh jika area wajah dan sekitarnya akan menjadi terbakar. 
Di tengah sabana harus disempatkan foto dulu

Di pertengahan jalan menuju pos I kerilku dibawakan oleh Bang Ino hingga ke pos I. Dasar dengkul keropos, kaki ini belum bisa adaptasi dengan medan rinjani via sembalun. Tapi memang packingan kerilku kacau sehingga beban di punggung terasa lebih berat daripada pundak. Wkwkwk. Mulai dari pos I sampai pos III dengkul dan pundak sudah bisa kooperatif denganku. Alhamdulillah tidak membebani anggota tim yang lain. Terima kasih bang Ino....^_^ Sekitar jam 15.00 kami sampai di pos III, camping ground

Setelah tenda berdiri kami memasak nasi, sayur sop, bakwan. Malam hari kami membuat pisang goreng. Malam yang indah dengan taburan jutaan bintang di langit yang cerah. Banyak dari teman-teman yang berburu milky way, tetapi aku lebih memilih terbuai ke mimpi indah.

 

Atur nafas, rehat di trek sambil foto-foto
 

Selasa, 25 April 2017

Bangun, sholat, memasak dengan menu sayur buncis lalu berkemas untuk lanjut ngetrek.

Kami mulai berjalan menyusuri bebatuan dan terus berjalan naik tanpa ada bonus. Rute yang kami lalui sebelum sampai di plawangan sembalun  bernama 7 bukit penyesalan. Tanjakan demi tanjakan kami lalui. Kalau ada pohon kami berteduh sekaligus melepas lelah. Saat mendaki bukit penyesalan tampak bahwa ujung bukit sudah kelihatan, tapi saat semakin dekat maka muncullah bukit lain yang harus didaki lagi, demikian seterusnya hingga tiba di plawangan sembalun. Memang pepatah “Dekat di mata jauh di dengkul” sangat cocok untuk menggambarkan pendakian gunung rinjani. Saat tiba di plawangan sembalun kami berpapasan dengan tim SAR, porter serta relawan yang tengah mengevakuasi jenazah seorang pendaki. Korban meninggal berasal dari bantul, D.I.Y dibawa turun melalui jalur sembalun.

Kami ngecamp di plawangan sembalun yang dekat dengan sumber air. Tenda kami dirikan tepat menghadap segara anak. Sunrise dan sunset di depan tenda sangat mempesona.
Sunset di plawangan sembalun




Rabu, 26 April 2017

Jam 00.00 WIB kami terbangun dan bersiap-siap untuk summit attack. Kami memasak superbubur serta menyiapkan roti untuk bekal saat perjalanan ke puncak.

Jam 02.00 aku mulai bergerak perlahan bersama Ateng. Untuk summit kami telah dibagi ke dalam kelompok kecil secara berpasangan yaitu Koh Hengky-Darmadi; Rudi-Tika; Ateng-Uut; Ardi-Adit; Bang Irul-Kus; sedangkan bang Ino sendiri tanpa pasangan sebagai sweeper. Awalnya rombongan kami rapat dan tertib, saling membantu terutama membantu Tika dan aku dalam menyusuri trek yang lumayan menguras energi. Lama kelamaan ritme mendaki kami sudah tak seirama, sehingga siapa yang cepat, dia lah yang berjalan di depan. Aku masih ditemani Ateng menyusul beberapa rekan rekan tim 1 dan tim 2 yang telah berjalan duluan. Walaupun aku sudah mengenakan baju lengan panjang dilapisi 2 jaket polar dan 1 mantel, tetap saja hawa dingin terasa menusuk tulang. Angin gunung serta udara dingin membuatku mengantuk. Tapi memang di medan terbuka seperti itu harus terus berjalan walau perlahan, jangan berhenti terlalu lama untuk istirahat. Fokus harus tetap terjaga karena medan yang di lalui adalah jalur yang sempit dengan kanan kirinya adalah jurang. Setelah sekian lama mlipir akhirnya medan berubah menjadi pasir dengan bebatuan hingga ke puncak. Trekking pole sangat berperan besar dalam medan tsb. Aku tidak membawa,tapi aku dipinjami trekking pole saat summit attack. Terasa sekali kalau summit attack pada malam hari, nafas akan cepat ngos-ngosan. Menjelang puncak, semburat orange muncul di sisi timur, pendaki lain berusaha mengabadikan moment sunrise yang sangat mempesona tsb. Sayangnya aku tak mempunyai piranti untuk meng-capture moment tsb.wkwkw. 
 
Ini sunrise dari Puncak Anjani (foto hasil karya Mas Adi)

Sejam kemudian sampailah aku di puncak. Jam 06.30 WITA aku bisa menapakkan kaki di puncak gunung berapi tertinggi no.2 di Indonesia, Mt.Rinjani 3726 mdpl. Alhamdulillah,,atas kuasa Alloh diri ini mampu memaknai perjalanan yang lebih dari sekedar KEINDAHAN, KETINGGIAN, serta PENGAKUAN. Untuk mencapai Puncak Anjani memang lebih jauh, lebih tinggi serta lebih susah dari yang tampak oleh mata.  
Tulisanku di Puncak Anjani hanya ini saja... *_^
Plang #rifqizona yang dibawa Kus dari Bogor


Beberapa teman foto bersama dengan bendera PJB
Foto diri nampak belakang

Saat menyusuri medan berpasir mental kita sungguh diuji. Jika memang tidak kuat, maka istirahatlah sejenak,,jangan dipaksakan terus berjalan. Ambil jeda 1 atau 2 menit untuk mengatur nafas lalu kembali berjalan. Hal tersebut akan lebih efektif daripada kita terus berjalan memaksakan diri. Istirahat jangan terlalu lama karena rasa kantuk akibat angin dan hawa dingin adalah musuh terbesar. Aku tipikal jalan secara pelan tapi continue serta banyak jeda yang diambil untuk menikmati pemandangan sekitar sembari atur nafas ataupun minum. Puas mengambil foto di Puncak Anjani dengan berbagai sudut dan pose, Aku memutuskan untuk duduk sejenak menikmati keindahan di pucuk Rinjani.

Dari Puncak Anjani aku sangat takjub melihat kaldera gunung Rinjani yang berupa danau SegaraAnak. Menurut informasi yang kubaca, danau Segaraanak di ketinggian 2008 mdpl itu merupakan danau kaldera dengan gunung api aktif tertinggi di Indonesia. Di sisi utara-timur kaldera terdapat anak gunung Rinjani yaitu Gunung Barujari. 






Karena keindahan rinjani ini, pantaslah banyak wisatawan mancanegara yang datang ke sana. Dari awal ngetrek sampai summit attack dan tiba di puncak pun, aku melihat banyak bule yang mendaki, mayoritas dari mereka menggunakan jasa porter lokal.

Turun, otw ke tenda di camping ground
Jam 10.00 WITA aku dan beberapa teman baru otw turun menuju plawangan sembalun. Trek pasir cukup mudah untuk dilalui ketika turun. Sesekali kami mengambil foto saat segara anak terlihat sangat indah. Gulungan awan di sisi timur pun kami abadikan bersama birunya langit yang bersih. Saat perjalanan turun dari puncak kami kehabisan air minum. Beruntung ada porter baik hati yang menawarkan air dan juga cemilan. Subhanalloh. Rezeki anak soleh memang gak kemana.hehe. Setelah cukup beramah tamah dengan beliau kami mengucapkan terima kasih dan pamit untuk melanjutkan perjalanan.


Pemandangan trek summit jika dilihat dari atas

Aku tiba di camp sekitar jam 12.30WIB (lama sekali ya). Saat berada di trek turun menjelang area camp aku dan Tika sempat nyasar ke jalur aliran air. Untung ada ateng dan porter yang dengan sigap menolong. Rasa lelah, letih, lapar terakumulasi menjadi satu. Badan rasanya ingin rebahan dan malas packing untuk menuju Segara anak. Saat kami sudah berada di area camp, masih ada beberapa teman yang berada di puncak. Karena pertimbangan safety maka panitia memutuskan kami tidak jadi ngecamp di Segaraanak. Jadi, besok pagi kami turun via sembalun menuju pintu rimba. PR besar yaitu segara anak dan jalur senaru. Menurut para porter, berbahaya jika lewat dari jam 15.00 WITA baru start menuju Segaraanak, karena medan turun lumayan terjal dengan waktu tempuh normal yaitu 4 jam.



Kamis, 27 April 2017

Setelah sarapan dengan menu nasi pecel, krupuk, ikan tuna kami bersiap untuk meninggalkan plawangan sembalun dan turun menuju pintu rimba. Tim 3 mulai bergerak jam 10.00 WITA. Menuruni bukit penyesalan yang terdekat dengan plawangan sembalun membuat dengkulku tremor. Tak dapat dipungkiri lagi, mental untuk turun jauh lebih lemah daripada mental untuk naik. Alhasil aku selalu paling belakang saat turun gunung. Lantas, ada seorang teman yang meminta tas kerilku. Hahaha, akhirnya kerilku dibawakan olehnya sampai di bawah pos 3. Setelah melihatnya kelelahan akhirnya kugendong sendiri tas kerilku hingga ke basecamp. Terima kasih, Bang Irul... ^_*

Sampai di Pos 3, ambil jeda baru lanjut ke BC sembalun

 Di pertigaan arah ke Bawaknao yang merupakan jalur potong kompas dan arah ke pintu rimba aku dan Tika galau. Dilema, mau lewat yang jalur cepat atau sesuai instruksi lewat pintu rimba yang lebih jauh. Akhirnya aku dan tika memutuskan untuk mengambil rute yang lebih pendek lalu mengabari teman yang sudah berada di basecamp.

Aku dan Tika menuju BC Sembalun


Aku tiba di Bawak Nao sekitar jam 16.30 WITA. Beberapa teman telah menunggu kami untuk segera pulang menuju tempat transit. Tapi karena kami kelaparan, maka sebagian ada yang makan bakso, ada yang jajan cilok, ada juga yang nunggu buat dijajain..hehehe. Jam 17.30 kami pulang untuk segera membersihkan diri dan beristirahat. Sambil makan kami banyak bercerita tentang pendakian rinjani tsb. Masing-masing peserta sangat antusias menceritakan pengalaman mereka selama pendakian.


Jumat, 28 April 2017

Jam 10.00 kami(7 orang) berpamitan dengan teman-teman karena kami mendahului pulang ke Jawa. Sebagian besar peserta masih lanjut trip ke gili, sedangkan aku memutuskan untuk langsung pulang. Pesawatku jam 18.50 WITA sehingga kami bisa mampir dulu ke pusat oleh-oleh dan mencicipi sate Rembiga, kuliner khas Lombok. Jam 16.30 WITA kami (2 orang yang pulang ke Jogja) tiba di Bandara Lombok Praya. Segera kami check-in dan mencari mushola untuk sholat Ashar dan beristirahat sembari menunggu waktu Maghrib. Jam 19.00 WITA pesawat lepas landas dan tiba di Bandara Juanda jam 19.00 WIB. Sebelum mengambil bagasi kami mencari mushola untuk sholat Isya. Dari Bandara menuju Terminal Bungurasih/Purbaya kami memilih naik bus Damri dengan biaya 25k per orang. Jam 21.00 WIB bus Sumber Selamat mulai bergerak menuju Yogyakarta. Jam 05.00 kami tiba di terminal Giwangan. Hanya 8 jam saja waktu yang diperlukan dari Surabaya menuju Yogyakarta. Walaupun bus ekonomi tapi AC nya sangat dingin dan driver busnya memang sangat terlatih untuk menjadi raja jalanan di malam hari. Kami yang duduk di kursi paling belakang berusaha menahan rasa takut akibat ulah driver. Seru memang, seperti halnya naik wahana roller coaster. Untungnya kami sehat serta selamat ketika tiba di Yogyakarta. Kami lanjut naik bus transJogja 3A-2A untuk menuju UNY, almamater tercinta kami. Kangen.


 

Dari perjalanan kali ini dapat dipetik beberapa hal yaitu
  • Di balik suksesnya sebuah pendakian dalam tim, terdapat teman yang rela berkorban demi yang lainnya 
  • Teamwork sangat berperan besar dalam mencapai target pendakian 
  • Karakter orang lain akan sangat terlihat selama pendakian sehingga melatih kepekaan sosial 
  • Jangan mengedepankan ego/kepentingan pribadi di atas kepentingan umum



Terima kasih untuk Alloh SWT pemilik semesta

Terima kasih untuk kedua orangtua dan sahabat yang selalu mendoakan

Terima kasih untuk @kaina.sahabatperjalanan

Terima kasih untuk seluruh peserta pendakian Mt.Rinjani. Kalian luarbiasa....

Terima kasih untuk teman mbolang dari Lombok Praya sampai tiba di Jogja...
Partner dari Jogja,haha, berantakan mbok ben,,,,


Special buat teman teman tim 3... love you full... See u all in the next trip... hehehe

Bang Ino digantikan Bang Begenk,,hihihi

Tidak ada komentar: