RINJANI. Siapa yang tak kenal dengan gunung berapi
tertinggi ke-2 yang terletak di Pulau Lombok bagian utara, NTB. Sudah setahun
terakhir aku memimpikan berkunjung melihat keindahan Rinjani seperti yang
dikatakan oleh orang-orang. Pendakian rinjani ini aku ikutan open trip bersama
beberapa teman pendakianku. Open trip paling murah yang kuamati dari media
sosial. Bagaimana tidak murah,,karena panitia memang tidak menyediakan porter
tenda maupun logistik. Yang punya porter pribadi juga boleh dibawa.hahaha. Seluruh
peserta yakni 33 orang dibagi ke dalam 3 kelompok kecil. Masing masing tim
terdapat seorang ketua yang bertugas mengkoordinir anggota mulai dari tahap
persiapan sampai pelaksanaan pendakian. Aku masuk dalam tim 3 yang terdiri atas
2 perempuan (Uut dan Tika) dan 9 laki-laki (Bang Ino, Kus, Bang Irul, Ardi,
Adit, Rudi, Koh Hengky, Darmadi, dan Ateng).
Panitia memberikan pilihan meeting point di
Pelabuhan Lembar dan Bandara Lombok Praya. Untuk menghemat budget aku memilih
rute darat menuju mepo. Perjalananku dimulai dari stasiun Lempuyangan dengan
kereta Sri Tanjung menuju stasiun Banyuwangibaru. Kami ber-9 (Adul sebagai
koordinator dan pengikutnya yaitu Begenk, Bang Ozi, Bang Ari, Bang Irul, Ateng,
Tika, Aku serta Mas Adi) berada di gerbong 1 sehingga dapat bercengkrama dengan
leluasa selama 14 jam. Tiba di stasiun Banyuwangibaru kami istirahat sembari
isi perut di sebuah warung. Jam 24 tengah malam barulah kami meneruskan
perjalanan menuju pelabuhan Ketapang karena menunggu 2 orang teman yang berasal
dari Kediri (Bang Way dan Wilhan).
Retribusi kapal penyebrangan dari ketapang
menuju gilimanuk yaitu 6.000 per orang. Tidak sampai setengah jam kami telah
tiba di gilimanuk. Dari gilimanuk menuju pelabuhanPpadang bay kami menggunakan
bus dengan durasi perjalanan sekitar 4 jam dan biaya 60.000 per orang.
Perjalanan kemudian dilanjut dengan naik kapal penyebrangan menuju pelabuhan
Lembar dengan durasi 6 jam dan biaya 40.000 per orang. Kala itu kudengar mesin
kapal hanya 1 yang berfungsi sehingga perjalanan menjadi lebih lambat dari
waktu normal. Sekitar pukul 15.00 WITA kami tiba di pelabuhan Lembar dan
minibus telah stand by untuk mengantar kami menuju tempat transit di desa
sembalun. Sebelum tiba di sembalun kami belanja di pasar untuk melengkapi
logistik tim selama pendakian di rinjani. Kami baru tiba di tempat transit
pukul 20.30 WITA. Sungguh perjalanan darat memang menguras tenaga dan waktu.
Tetapi di balik semua kemoloran jadwal yang telah disusun, kami banyak
mendapatkan keseruan, kehebohan, keakraban, serta kehangatan antar sesama
peserta trip selama perjalanan.
![]() |
Sampai di Pelabuhan Lembar langsung bertemu tim Penjemput |
Keesokan paginya, Senin, 24 April 2017 kami diantar
pick up sampai di pintu Rimba Gunung Rinjani. Setelah berdoa dan puas berfoto
di pintu rimba kami mulai berjalan menuju pos 1. Dimulai dari tim 1, lalu tim 2
dan terakhir tim 3.
![]() |
Bersama tim 3 sebelum mulai Mendaki |
Pendakian via sembalun ini pada awalnya kita akan disuguhi
sabana yang membentang luas dan indah dan sesekali terdapat ilalang. Sejauh
mata memandang nampak warna hijau mendominasi. Masker pelindung wajah, topi,
dan sunblock wajib hukumnya jika mendaki via sembalun. Jika anda mengabaikan
hal ini, maka jangan mengeluh jika area wajah dan sekitarnya akan menjadi terbakar.
![]() |
Di tengah sabana harus disempatkan foto dulu |
Di pertengahan jalan menuju pos I kerilku dibawakan oleh Bang Ino hingga ke pos
I. Dasar dengkul keropos, kaki ini belum bisa adaptasi dengan medan rinjani via
sembalun. Tapi memang packingan kerilku kacau sehingga beban di punggung terasa
lebih berat daripada pundak. Wkwkwk. Mulai dari pos I sampai pos III dengkul
dan pundak sudah bisa kooperatif denganku. Alhamdulillah tidak membebani
anggota tim yang lain. Terima kasih bang Ino....^_^ Sekitar jam 15.00 kami sampai
di pos III, camping ground.
Setelah tenda berdiri kami memasak nasi, sayur sop,
bakwan. Malam hari kami membuat pisang goreng. Malam yang indah dengan taburan
jutaan bintang di langit yang cerah. Banyak dari teman-teman yang berburu milky
way, tetapi aku lebih memilih terbuai ke mimpi indah.
![]() |
Atur nafas, rehat di trek sambil foto-foto |
Selasa, 25 April 2017
Bangun, sholat, memasak dengan menu sayur buncis
lalu berkemas untuk lanjut ngetrek.
Kami mulai berjalan menyusuri bebatuan dan terus
berjalan naik tanpa ada bonus. Rute yang kami lalui sebelum sampai di plawangan
sembalun bernama 7 bukit penyesalan. Tanjakan
demi tanjakan kami lalui. Kalau ada pohon kami berteduh sekaligus melepas
lelah. Saat mendaki bukit penyesalan tampak bahwa ujung bukit sudah kelihatan,
tapi saat semakin dekat maka muncullah bukit lain yang harus didaki lagi,
demikian seterusnya hingga tiba di plawangan sembalun. Memang pepatah “Dekat di
mata jauh di dengkul” sangat cocok untuk menggambarkan pendakian gunung
rinjani. Saat tiba di plawangan sembalun kami berpapasan dengan tim SAR, porter
serta relawan yang tengah mengevakuasi jenazah seorang pendaki. Korban
meninggal berasal dari bantul, D.I.Y dibawa turun melalui jalur sembalun.
Kami ngecamp di plawangan sembalun yang dekat dengan
sumber air. Tenda kami dirikan tepat menghadap segara anak. Sunrise dan sunset
di depan tenda sangat mempesona.
![]() |
Sunset di plawangan sembalun |
Rabu, 26 April 2017
Jam 00.00 WIB kami terbangun dan bersiap-siap untuk
summit attack. Kami memasak superbubur serta menyiapkan roti untuk bekal saat
perjalanan ke puncak.
Jam 02.00 aku mulai bergerak perlahan bersama Ateng.
Untuk summit kami telah dibagi ke dalam kelompok kecil secara berpasangan yaitu
Koh Hengky-Darmadi; Rudi-Tika; Ateng-Uut; Ardi-Adit; Bang Irul-Kus; sedangkan
bang Ino sendiri tanpa pasangan sebagai sweeper. Awalnya rombongan kami rapat
dan tertib, saling membantu terutama membantu Tika dan aku dalam menyusuri trek
yang lumayan menguras energi. Lama kelamaan ritme mendaki kami sudah tak
seirama, sehingga siapa yang cepat, dia lah yang berjalan di depan. Aku masih
ditemani Ateng menyusul beberapa rekan rekan tim 1 dan tim 2 yang telah
berjalan duluan. Walaupun aku sudah mengenakan baju lengan panjang dilapisi 2
jaket polar dan 1 mantel, tetap saja hawa dingin terasa menusuk tulang. Angin
gunung serta udara dingin membuatku mengantuk. Tapi memang di medan terbuka
seperti itu harus terus berjalan walau perlahan, jangan berhenti terlalu lama
untuk istirahat. Fokus harus tetap terjaga karena medan yang di lalui adalah
jalur yang sempit dengan kanan kirinya adalah jurang. Setelah sekian lama
mlipir akhirnya medan berubah menjadi pasir dengan bebatuan hingga ke puncak. Trekking pole sangat berperan besar
dalam medan tsb. Aku tidak membawa,tapi aku dipinjami trekking pole saat summit
attack. Terasa sekali kalau summit attack pada malam hari, nafas akan cepat
ngos-ngosan. Menjelang puncak, semburat orange muncul di sisi timur, pendaki
lain berusaha mengabadikan moment sunrise yang sangat mempesona tsb. Sayangnya
aku tak mempunyai piranti untuk meng-capture moment tsb.wkwkw.
Sejam kemudian
sampailah aku di puncak. Jam 06.30 WITA aku bisa menapakkan kaki di puncak
gunung berapi tertinggi no.2 di Indonesia, Mt.Rinjani
3726 mdpl. Alhamdulillah,,atas kuasa Alloh diri ini mampu memaknai perjalanan
yang lebih dari sekedar KEINDAHAN, KETINGGIAN, serta PENGAKUAN. Untuk mencapai
Puncak Anjani memang lebih jauh, lebih tinggi serta lebih susah dari yang
tampak oleh mata.
![]() |
Tulisanku di Puncak Anjani hanya ini saja... *_^ |
![]() |
Plang #rifqizona yang dibawa Kus dari Bogor |
Beberapa teman foto bersama dengan bendera PJB |
Foto diri nampak belakang |
Saat menyusuri medan berpasir mental kita sungguh
diuji. Jika memang tidak kuat, maka istirahatlah sejenak,,jangan dipaksakan
terus berjalan. Ambil jeda 1 atau 2 menit untuk mengatur nafas lalu kembali
berjalan. Hal tersebut akan lebih efektif daripada kita terus berjalan
memaksakan diri. Istirahat jangan terlalu lama karena rasa kantuk akibat angin
dan hawa dingin adalah musuh terbesar. Aku tipikal jalan secara pelan tapi
continue serta banyak jeda yang diambil untuk menikmati pemandangan sekitar
sembari atur nafas ataupun minum. Puas mengambil foto di Puncak Anjani dengan
berbagai sudut dan pose, Aku memutuskan untuk duduk sejenak menikmati keindahan
di pucuk Rinjani.
Dari Puncak Anjani aku sangat takjub melihat kaldera
gunung Rinjani yang berupa danau SegaraAnak. Menurut informasi yang kubaca,
danau Segaraanak di ketinggian 2008 mdpl itu merupakan danau kaldera dengan
gunung api aktif tertinggi di Indonesia. Di sisi utara-timur kaldera terdapat
anak gunung Rinjani yaitu Gunung Barujari.
Karena keindahan rinjani ini,
pantaslah banyak wisatawan mancanegara yang datang ke sana. Dari awal ngetrek
sampai summit attack dan tiba di puncak pun, aku melihat banyak bule yang
mendaki, mayoritas dari mereka menggunakan jasa porter lokal.
![]() |
Turun, otw ke tenda di camping ground |
Jam 10.00 WITA aku dan beberapa teman baru otw turun
menuju plawangan sembalun. Trek pasir cukup mudah untuk dilalui ketika turun.
Sesekali kami mengambil foto saat segara anak terlihat sangat indah. Gulungan
awan di sisi timur pun kami abadikan bersama birunya langit yang bersih. Saat
perjalanan turun dari puncak kami kehabisan air minum. Beruntung ada porter
baik hati yang menawarkan air dan juga cemilan. Subhanalloh. Rezeki anak soleh
memang gak kemana.hehe. Setelah cukup beramah tamah dengan beliau kami
mengucapkan terima kasih dan pamit untuk melanjutkan perjalanan.
Pemandangan trek summit jika dilihat dari atas |
Aku tiba di
camp sekitar jam 12.30WIB (lama sekali ya). Saat berada di trek turun menjelang area camp aku dan Tika sempat
nyasar ke jalur aliran air. Untung ada ateng dan porter yang dengan sigap
menolong. Rasa lelah, letih, lapar terakumulasi menjadi satu. Badan rasanya
ingin rebahan dan malas packing untuk menuju Segara anak. Saat kami sudah
berada di area camp, masih ada beberapa teman yang berada di puncak. Karena
pertimbangan safety maka panitia memutuskan kami tidak jadi ngecamp di Segaraanak. Jadi, besok pagi kami turun via sembalun menuju pintu rimba. PR besar
yaitu segara anak dan jalur senaru. Menurut para porter, berbahaya jika lewat
dari jam 15.00 WITA baru start menuju Segaraanak, karena medan turun lumayan
terjal dengan waktu tempuh normal yaitu 4 jam.
Kamis, 27 April 2017
Setelah sarapan dengan menu nasi pecel, krupuk, ikan
tuna kami bersiap untuk meninggalkan plawangan sembalun dan turun menuju pintu
rimba. Tim 3 mulai bergerak jam 10.00 WITA. Menuruni bukit penyesalan yang
terdekat dengan plawangan sembalun membuat dengkulku tremor. Tak dapat
dipungkiri lagi, mental untuk turun jauh lebih lemah daripada mental untuk
naik. Alhasil aku selalu paling belakang saat turun gunung. Lantas, ada seorang
teman yang meminta tas kerilku. Hahaha, akhirnya kerilku dibawakan olehnya
sampai di bawah pos 3. Setelah melihatnya kelelahan akhirnya kugendong sendiri
tas kerilku hingga ke basecamp. Terima kasih, Bang Irul... ^_*
![]() |
Sampai di Pos 3, ambil jeda baru lanjut ke BC sembalun |
Di pertigaan arah ke Bawaknao yang merupakan jalur
potong kompas dan arah ke pintu rimba aku dan Tika galau. Dilema, mau lewat
yang jalur cepat atau sesuai instruksi lewat pintu rimba yang lebih jauh.
Akhirnya aku dan tika memutuskan untuk mengambil rute yang lebih pendek lalu
mengabari teman yang sudah berada di basecamp.
![]() |
Aku dan Tika menuju BC Sembalun |
Aku tiba di Bawak Nao sekitar jam 16.30 WITA.
Beberapa teman telah menunggu kami untuk segera pulang menuju tempat transit.
Tapi karena kami kelaparan, maka sebagian ada yang makan bakso, ada yang jajan
cilok, ada juga yang nunggu buat dijajain..hehehe. Jam 17.30 kami pulang untuk
segera membersihkan diri dan beristirahat. Sambil makan kami banyak bercerita
tentang pendakian rinjani tsb. Masing-masing peserta sangat antusias
menceritakan pengalaman mereka selama pendakian.
Jumat, 28 April 2017
Jam 10.00 kami(7 orang) berpamitan dengan
teman-teman karena kami mendahului pulang ke Jawa. Sebagian besar peserta masih
lanjut trip ke gili, sedangkan aku memutuskan untuk langsung pulang. Pesawatku
jam 18.50 WITA sehingga kami bisa mampir dulu ke pusat oleh-oleh dan mencicipi
sate Rembiga, kuliner khas Lombok. Jam 16.30 WITA kami (2 orang yang pulang ke
Jogja) tiba di Bandara Lombok Praya. Segera kami check-in dan mencari mushola
untuk sholat Ashar dan beristirahat sembari menunggu waktu Maghrib. Jam 19.00
WITA pesawat lepas landas dan tiba di Bandara Juanda jam 19.00 WIB. Sebelum
mengambil bagasi kami mencari mushola untuk sholat Isya. Dari Bandara menuju
Terminal Bungurasih/Purbaya kami memilih naik bus Damri dengan biaya 25k per
orang. Jam 21.00 WIB bus Sumber Selamat mulai bergerak menuju Yogyakarta. Jam
05.00 kami tiba di terminal Giwangan. Hanya 8 jam saja waktu yang diperlukan
dari Surabaya menuju Yogyakarta. Walaupun bus ekonomi tapi AC nya sangat dingin
dan driver busnya memang sangat terlatih untuk menjadi raja jalanan di malam
hari. Kami yang duduk di kursi paling belakang berusaha menahan rasa takut
akibat ulah driver. Seru memang, seperti halnya naik wahana roller coaster. Untungnya kami sehat
serta selamat ketika tiba di Yogyakarta. Kami lanjut naik bus transJogja 3A-2A
untuk menuju UNY, almamater tercinta kami. Kangen.
Dari perjalanan kali ini dapat dipetik beberapa hal
yaitu
- Di balik suksesnya sebuah pendakian dalam tim, terdapat teman yang rela berkorban demi yang lainnya
- Teamwork sangat berperan besar dalam mencapai target pendakian
- Karakter orang lain akan sangat terlihat selama pendakian sehingga melatih kepekaan sosial
- Jangan mengedepankan ego/kepentingan pribadi di atas kepentingan umum
Terima kasih untuk Alloh
SWT pemilik semesta
Terima kasih untuk kedua
orangtua dan sahabat yang selalu mendoakan
Terima kasih untuk
@kaina.sahabatperjalanan
Terima kasih untuk
seluruh peserta pendakian Mt.Rinjani. Kalian luarbiasa....
Terima kasih untuk teman
mbolang dari Lombok Praya sampai tiba di Jogja...
Partner dari Jogja,haha, berantakan mbok ben,,,, |
Special buat teman teman
tim 3... love you full... See u all in the next trip... hehehe
![]() |
Bang Ino digantikan Bang Begenk,,hihihi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar