Gunung Argopuro yang berada di provinsi Jawa Timur merupakan gunung dengan
trek terpanjang di Pulau Jawa. Para pendaki lebih sering lintas jalur dalam
pendakian Argopuro yaitu naik melalui Baderan (kabupaten Situbondo) dan turun
di Bremi (kabupaten Probolinggo). Total jarak tempuh selama pendakian dari Baderan
– Bremi sekitar 40 km. Oleh karena trek yang akan kami lalui cukup panjang,
maka kami memilih melakukan pendakian ini saat musim libur lebaran.
Yeayy, keturutan juga datang ke Argopuro |
Sebenarnya, sudah dua kali aku berencana mendaki gunung Argopuro dan gagal. Rencana pertama gagal karena leader tim yang mendadak berhalangan dan akhirnya membatalkan pendakian kami, padahal kami berempat sudah membeli tiket kereta. Rencanaku yang kedua gagal karena kondisi tubuh yang kurang fit sehingga aku memutuskan mundur pada H-1 pendakian. Sangat disayangkan memang. Tapi aku tidak mau memaksakan diri untuk tetap ikut dan nantinya malah bisa merepotkan orang lain selama pendakian.
Aku setuju dengan pepatah “Lebih baik Merencanakan tapi berujung gagal
daripada Gagal Merencanakan” Aku tidak ingin menyerah dalam merencanakan
pendakian Argopuro. Setelah menebar racun di beberapa kawan dari Tangerang
akhirnya terbentuk lah grup WhatsApp “Pendakian Argopuro” pada akhir bulan
Februari 2018. Selama 4 bulan kami mendiskusikan persiapan pendakian di grup.
Karena pendakian kali ini merupakan salah satu perjalanan yang panjang maka
segala hal perlu disiapkan dengan matang.
Awal bulan Juni ditetapkan jumlah peserta pendakian Argopuro sebanyak 12
orang (Bang Bibir, Bang Ponco, Bang Deri, Bang Dymas, Uut, Mattew, Tika, Dinda,
Ersyad, Malih, Syarif dan Mas Manto) dari berbagai penjuru kota. Setiap
perjalanan mempunyai kisah yang tak akan sama. Selama 5 hari 4 malam kami
bersama, banyak hal yang bisa dijadikan sebagai pengalaman belajar di alam.
Kali ini aku tidak akan menceritakan secara detail tentang kisah perjalanan
kami di gunung Argopuro. Akan sangat panjang jika cerita kami selama 5 hari 4
malam aku tuliskan di sini. Aku putuskan untuk membagi beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat kita akan dan sedang mendaki gunung Argopuro.
(1) Hunting info tentang Gunung Argopuro
Jika kita hendak menuju tempat yang kita sendiri belum pernah ke sana,
alangkah baiknya kita mencari info sebanyak mungkin tentang tempat tersebut. Kami
banyak menggali informasi tentang pendakian gunung Argopuro lewat internet.
Sudah banyak yang menuliskan catatan perjalanan mereka di Argopuro. Jika belum
mantap, kita tinggal berdiskusi kepada teman-teman sesama pendaki yang telah
lebih dulu berkunjung ke Argopuro. Di manakah letak sumber air? Bagaimana
kondisi jalur di gunung Argopuro? Berapa lama waktu normal pendakian? Yang
tidak kalah penting adalah ketersediaan peta jalur pendakian Argopuro.
Trek menuju Pos Mata Air 1 |
Catatlah semua informasi yang sudah didapatkan. Semua info tersebut akan
dijadikan sebagai landasan dalam menyusun rundown pendakian.
(2) Menyusun Rundown Pendakian Argopuro
Rundown digunakan sebagai acuan dalam pendakian. Sebisa mungkin kita patuhi
rundown yang telah disusun dan disepakati bersama. Jika saat di lapangan
terjadi hal-hal yang sifatnya tidak terduga, kita juga harus menyiapkan rundown
cadangan.Kami mendaki Argopuro pada high
seasons yakni libur lebaran sehingga wajar saja banyak pendaki yang
memadati jalur pendakian.
Pos Mata Air 2 |
Sejak start ngetrek
dari pintu rimba kami sudah bertemu rombongan pendaki lain. Pos mata air 1 yang
sudah penuh dengan tenda memaksa kami terus berjalan naik. Saat hari mulai
gelap kami putuskan untuk mencari lapak terdekat dengan sumber air pos 1.
Alhamdulillah, kami menemukan tanah yang cukup datar di sebelah kiri jalur
pendakian dan muat untuk 2 buah tenda kami.
Makan semangka di Alun - Alun Kecil |
Verbenna nya bikin kangen sama Semeru |
Gunung Argopuro layak mendapat sebutan “seribu savana”. Banyak sekali savana
yang harus kami lalui pada jalur Baderan. Dari pos mata air II kami masuk hutan
lalu ketemu savana, masuk hutan lagi dan ketemu savana lagi. Begitu seterusnya
sampai di Sabana Lonceng. Savana di Argopuro memang sangat indah. Sesiapapun yang
datang melihat keindahannya akan dibuat takjub oleh semesta.
Cikasur |
Cikasur |
Cikasur |
Foto bersama di Cikasur |
Cikasur merupakan savana yang sangat luas yang berada di jalur pendakian
via Baderan. Tempat tersebut juga menjadi campsite yang ideal bagi para pendaki
karena ketersediaan air yang melimpah dari Sungai Qolbu. Salah satu pemandangan
yang memanjakan mata yaitu aliran sungai yang jernih dan di pinggiran sungai
tumbuh rimbun selada air. Terkadang tak hanya pendaki yang bisa memetik selada
air untuk dijadikan santapan di tenda, tetapi warga sekitar gunung Argopuro
juga datang ke Cikasur untuk memanen selada air. Selain itu, Cikasur juga
menjadi habitat hewan-hewan misalnya merak, ayam hutan, rusa, lutung dan
beberapa hewan lainnya. Rumput yang cukup tinggi di savana Cikasur membuat kami
semakin merindukan kasur yang ada di rumah.Hihihi....
Campsite di Rawa Embik |
Perjalanan hari ketiga yang sempat ditemani hujan ternyata tidak sesuai
target. Saat hari mulai beranjak sore, kami baru tiba di Rawa Embik. Rawa Embik
meruapakan versi mini dari Cikasur. Di sana terdapat area camp dan aliran
sungai kecil yang jernih. Rawa Embik merupakan sumber air terakhir sebelum kami
sampai di Taman Hidup. Kondisi tim yang cukup kelelahan dan badan yang mulai
menggigil tidak bisa dipaksakan untuk mengejar target camp di Sabana Lonceng yang masih sekitar 1 – 2 jam perjalanan.
Berdasarkan
musyawarah bersama kami memilih untuk mendirikan tenda di Rawa Embik.Konsekuensi yang diperoleh sebagai akibat ngecamp di Rawa Embik yaitu
sepagi mungkin kami harus bergerak menuju Sabana Lonceng. Tidak hanya itu, kami
juga harus membawa bekal air yang cukup hingga kami tiba di danau Taman Hidup. Sebanyak
10 liter air diangkut oleh Menteri
Perairan kami yaitu Mas Manto di kerilnya. Sedangkan kawan yang lain rata –
rata membawa air sebanyak 1,5 liter hingga 3 liter.
Sabana Lonceng |
Sabana Lonceng biasa
dipilih sebagai campsite sebelum summit attack ke puncak Rengganis,
puncak Argopuro serta puncak Arca. Puncak tertinggi yaitu puncak Argopuro
dengan ketinggian mencapai 3088 mdpl. Puncak Rengganis yang berkaitan erat dengan kisah Dewi Rengganis
dikelilingi oleh batuan berkapur. Saat menuju puncak Rengganis kami melihat
bekas puing suatu bangunan dan tumpukan batu yang mirip makam. Diperkirakan tempat
tersebut merupakan petilasan dari sang Dewi.
Kami disuguhi pemandangan yang tertutup vegetasi saat berada di Puncak Argopuro.
Di sana juga terdapat tumpukan batu sebagai pertanda sisa – sisa sejarah di
Puncak Argopuro. Dari puncak Argopuro kami beranjak menuju camp terakhir yaitu
Danau Taman Hidup. Setelah 15 menit berjalan kami sampai di Puncak Arca/Hyang
yang merupakan puncak semu. Keunikan dari puncak ini yaitu terdapat sebuah arca
yang sudah tidak utuh lagi.
Petilasan Dewi Rengganis |
Puncak Rengganis |
Selebrasi di Puncak Argopuro |
Puncak Arca/Hyang |
Turun dari puncak Arca dan menuju Taman Hidup |
Kabut syahdu di Taman Hidup |
(3) Management logistik
Logistik merupakan salah satu hal yang utama jika kita melakukan pendakian.
Asupan gizi yang kita makan selama di gunung akan berpengaruh terhadap kondisi fisik. Walau sedang berada di gunung,
usahakan tubuh tetap memperoleh gizi sehingga tubuh tidak mudah lelah dan
sakit. Kami menyiapkan daftar menu masakan lalu mencatat bahan apa saja yang
harus kami beli. List menu akan sangat membantu dalam penentuan porsi belanja
yang disesuaikan dengan kebutuhan tim. Perhatikan lama pendakian dan jumlah
anggota dalam tim untuk memperkirakan kebutuhan logistik dalam tim.
Pendakian Argopuro dengan waktu tempuh normal 5 hari 4 malam dan jumlah
anggota tim kami sebanyak 12 orang tentu membutuhkan logistik yang tidak
sedikit. Kami menghabiskan 7kg beras, minyak goreng 1,5 liter, telur 1kg, mie
instant 15 bungkus, dsb. Adapun beberapa menu yang kami siapkan yaitu nasi
putih, nasi liwet, ikan asin, sambal, kering tempe+teri+kacang, bihun jagung,
tumis kacang panjang, omelette, bala-bala, sayur sop, sarden, dan pecel.
Menu sarapan di Cikasur |
Memasak di campsite pertama (Pos Mata Air 1) |
Makan bersama di Rawa Embik |
Menyiapkan makan malam di Taman Hidup |
Agar perjalanan lebih menyenangkan tak lupa kami membawa buah – buahan
yaitu semangka, nanas, melon, pir, dan apel. Buah – buahan tersebut kami
nikmati bersama saat istirahat di trek. Madu, coklat ataupun gula jawa
merupakan pilihan camilan penambah energi saat kita mendaki gunung.
Perjalanan hari pertama kami membeli nasi saat masih di area pasar sekitar
BC. Nasi tersebut bisa dimakan saat di trek.
Sekadar mengganjal perut karena petang hari biasanya baru tiba di campsite. Untuk lauk, bekal kering
tempe+kacang+teri yang dibawa dari rumah bisa menjadi alternatif jika malas
memasak di trek.
Semua perlengkapan dan logistik tim kami bahas di grup. Jika memungkinkan,
sebaiknya diadakan kopdar agar lebih maksimal dalam mempersiapkan pendakian. Saat
kopdar kami lebih leluasa
berkomunikasi dan jika terdapat masalah, saat itu juga bisa dicarikan solusi
lain.
(4) Bagilah Bawaan Kelompok
Setiap melakukan pendakian pasti kita telah menyiapkan list barang bawaan
yaitu barang pribadi dan barang kelompok. Barang pribadi harus kita bawa secara
mandiri di dalam tas gunung kita masing – masing. Sedangkan barang kelompok
bisa dishare kepada kawan yang lain
dengan disesuaikan pada kemampuan dan volume tas gunung (keril) mereka. Kebanyakan
yang terjadi adalah laki-laki dianggap lebih kuat dari wanita. Pendaki wanita
sangat diuntungkan dalam hal ini karena para lelaki yang biasanya membawa beban
lebih berat di keril masing-masing. Jadi para wanita tinggal membawa barang
pribadi di dalam keril masing – masing.
Entah di sabana yang mana kami akan berkumpul kembali. Hehe... |
Kegiatan pendakian bukanlah kegiatan yang ringan. Dibutuhkan mental dan
fisik yang kuat agar bisa mencapai tujuan naik gunung yaitu “pulang kembali ke
rumah dengan selamat”. Untuk mendukung pencapaian tim pada tujuan maka perlu
kerja sama antar anggota tim. Jika para lelaki sudah rela membawa beban lebih
di pundak, maka para wanita juga harus tahu diri. Jangan membebani mereka
dengan sifat manja yang berlebihan selama di trek. Kita tentu tidak ingin
dianggap sebagai wanita yang merepotkan selama pendakian. Sebisa mungkin
bantulah rekan satu tim saat tiba di campsite,
misalnya membantu mendirikan tenda, mengatur dan menata logistik tim untuk
selanjutnya diolah dan menjadi santapan bersama.
(5) Atur Formasi saat Trekking
Pengaturan formasi saat trekking berguna untuk mencegah ada anggota dalam
tim yang tercecer. Ritme kaki masing – masing orang berbeda, tergantung kondisi
tubuhnya. Terkadang aku bisa berjalan cepat, tapi tak jarang pula langkah kaki
ku melambat saat menyusuri jalur pendakian Argopuro. Untuk menghindari anggota
tim yang mungkin bisa tertinggal di belakang, maka kita perlu mengatur formasi
saat trekking.
Berjalan beriringan namun tak lupa berfoto bersama |
Kami berjalan beriringan di mana wanita selalu berjalan di barisan tengah.
Mengapa? Hal itu dilakukan guna memacu kami (para wanita) agar berjalan dengan
langkah yang mantap dan tetap berusaha mengimbangi kecepatan kawan yang berada
di depan. Hal tersebut cukup efektif agar barisan kami tetap rapat selama di trek. Jika dirasa telah lelah, jangan
malu untuk berteriak “break”. Lebih
baik simpan energimu untuk 5 hari ke depan daripada sejak hari pertama kamu
sudah berjalan sangat cepat dan “ngoyo”.
Jangan sampai kakimu kram karena terlalu memaksakan diri berjalan tanpa
istirahat.
Hutan Lumut yang lembab dan rapat |
Perjalanan dari puncak Arca menuju Danau Taman Hidup yang menurut logika kami
adalah jalan menurun yang bakalan bikin kami bisa berlari, ternyata anggapan
kami salah. Kami harus berjalan melipir di punggungan bukit untuk menuju Cemara
Lima. Rasa lelah yang sudah menumpuk selama perjalanan 3 hari di gunung membuat
energiku terkuras saat harus berkonsentrasi memegang akar pohon untuk membantu
menjaga keseimbangan tubuh dalam perjalanan turun. Memasuki hutan lumut langkah
kakiku mulai oleng karena rasa capek yang tidak tertahankan. Situasi yang tidak
memungkinkan untuk beristirahat membuat aku terpaksa berjalan terus sampai di
Danau Taman Hidup. Menjelang Maghrib kami tiba di Danau Taman Hidup.
Alhamdulillah, bisa istirahat sambil selonjoran.
Jika kamu ingin berjalan cepat, maka berjalanlah seorang diri dan jika kamu
ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama-sama. Ungkapan tersebut sangat pas
untuk mewakili kisah perjalanan kami di gunung Argopuro.
Istirahat sedikit ^_* |
Sedikit lagi sampai di Bremi, Lur! |
Istirahat dulu, puncak masih jauh. |
Betapa semesta mendukung perjalanan kami di Argopuro. Walaupun ada beberapa
hal yang meleset dari rundown, kami akhirnya menyelesaikan pendakian pada hari
kelima dan sampai di Bremi dengan selamat sesuai planning. Terima kasih semesta. Terima kasih gengs. Alhamdulillah,,semoga suatu saat bisa berkunjung kembali ke Argopuro.
Kebahagiaan kami saat sampai di Bremi |
Istirahat di Gerbang "Selamat Datang Danau Taman Hidup" |
Ringkasan durasi pendakian gunung Argopuro 5 hari 4 malam
Trekking
|
Waktu
|
Campsite
|
|
Day 1
|
Pintu rimba –
pos mata air 1
|
4 jam
|
Atas
pos mata air 1 (naik lagi sejauh 400-an meter)
‘lapak
darurat muat 2 tenda’
|
Day 2
|
Mata air 1 –
mata air 2
|
2 jam
|
Cikasur
|
Mata air 2 –
cikasur
|
3 jam
|
||
Day 3
|
Cikasur –
Cisentor
|
3 jam
|
Rawa
Embik
|
Cisentor –
Rawa Embik
|
2,5 jam
|
||
Day 4
|
Rawa Embik –
Sabana Lonceng
|
1,5 jam
|
Taman
Hidup
|
Sabana Lonceng
– Puncak Rengganis
|
30 menit
|
||
Sabana Lonceng
– Puncak Argopuro
|
45 menit
|
||
Puncak
Argopuro – Puncak Arca
|
20 menit
|
||
Puncak Arca –
Cemara 5 – Hutan Lumut – Taman Hidup
|
4 jam
|
||
Day 5
|
Taman Hidup –
Bremi (Gapura Selamat Datang di Danau Taman Hidup)
|
3,5 jam
|
Rincian biaya pendakian Argopuro (versi Lebaran 1939 H):
1.
|
Tiket KA
(Lempuyangan – Surabaya Gubeng)
|
@ 98 ribu
|
2.
|
Tiket KA (SGU
– Probolinggo)
|
@27 ribu
|
3.
|
Carter Elf
rute Probolinggo ke Baderan dan Bremi ke Probolinggo (12 orang)
|
@ 135 ribu
|
4.
|
Belanja logistik
(12 orang)
|
@ 87 ribu
|
5.
|
Simaksi 5D4N
|
@120 ribu
|
6.
|
Ojek BC
Baderan – Pintu Rimba
|
@ 40 ribu
|
7.
|
Tiket KA
(Probolinggo – Yogyakarta)
|
@ 88 ribu
|
8.
|
Lain-lain
|
@ 50 ribu
|
TOTAL
|
645 ribu
|
^SEMOGA BERMANFAAT^
2 komentar:
Hai Mas salam kenal. maaf mau tanya itu kereta sgu probolinggo kereta apa ya? adanya jam berapa aja. karena saya cek di KAI Access nggak nemu . Makasih :)
Halo mas, maaf saya lama gak aktif di blog. Kereta probowangi mas, masih ada kok sampe sekarang, cek saja yang keberangkatan jam 5.30 pagi. Ada di bagian bawah, scroll terus pasti dapat. 😅
Posting Komentar