Perjalanan yang setengah hati saya ke Waka, salah satu kampung yang ada di Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, NTT terjadi tanggal 9-10 Maret 2013.
Begini critanya....
Bel tanda pulang sekolah
berbunyi, saya bergegas pulang ke kos karena perut sudah ribut minta diisi.
Seperti biasa, saya dan teman kos memasak lebih dulu untuk makan siang. Selesai
makan kami diajak seorang teman untuk ke Waka, salah satu kampung di Wewaria,
Ende, NTT. Hari sabtu adalah hari yang sering saya tunggu dalam sepekan.
Weekend kala itu saya tidak ada agenda main. Tubuh ini rasanya hanya ingin
tidur di kamar. Sempat saya tolak tawaran tersebut, tapi karena dipaksa
akhirnya kami berenam berangkat ke Waka.
Jam 14.30 kami berangkat dengan
ojek karena otto(=sebutan untuk angkutan umum di daerah Flores) tidak lewat
pada jam tersebut. Kami turun di Ropa dan naik kapal untuk sampai di Waka.
Ternyata di Ropa kami sudah ditunggu oleh si empunya rumah yakni Kepsek SD
setempat selaku bapak asuh teman kami yang mendapat tugas mengajar di Waka.
Kapal yang memuat 12 penumpang
& 2 orang awak kapal bertolak menuju Waka. Setelah 30 menit kami sudah
melihat daratan. Kapal tidak bisa menepi hingga bibir pantai karena air sedang
surut. Alhasil kami dibantu sampan yang harus di dorong awak kapal sehingga
sampai bibir pantai. Tetap saja saya basah karena ketinggian air laut mencapai
lutut orang dewasa.
|
untung g ada yg mabuk laut,,,hihi |
|
manja ya, pake sampan yang didorong itu... |
|
wuidiihhhh,,,gaya.. |
|
turun dari kapal,,,pose dulu lah,,, |
Untuk mencapai rumah teman kami
yang terletak di dekat bibir pantai kami harus melewati kubangan babi.
Mayoritas penduduk di kabupaten Ende memang memelihara babi. Sempat galau juga
saat menginjak tanah yang sering digunakan untuk semua aktivitas si babi,
hahaha. Akhirnya sampai juga di rumah Rara, teman kami.
|
kampung waka sudah kelihatan |
Kami disambut dengan hangat oleh
Rara. Pak kepsek juga menemani kami mengobrol di balai-balai depan rumah. Pak
kepsek ternyata pandai memasak, beliau dibantu Rara sudah menyiapkan menu
special untuk kami. Malam itu kami makan dengan lahap dan penuh cerita.
Pagi hari kami memasak untuk
sarapan. Pak kepsek mengolah cumi hasil tangkapan anak murid di laut untuk
dibawa sebagai bekal karena kami hendak pesiar ke Karang. Menurut beliau karang
adalah tempat yang pas untuk bermain air.
Setelah berkemas, kami berjalan
menuju kapal yang sudah siap mengantar kami pesiar. Masing-masing membawa bekal
yang telah disiapkan sebelumnya. Air laut saat itu ketinggiannya mencapai perut
saya. Saat berkonsentrasi menyebrang di air sambil membawa bakul berisi nasi,
saya berteriak, “Ya Alloh,,, mas,,mas,,,” saya memanggil teman saya yang sudah
berjalan mendahului saya. “Hape ku di saku celana, ini,,,ini,,, bawain dulu,,”
ucapku panik sambil menyerahkan bakul nasi ke dia. Saya langsung merogoh saku
celana, dan,,,, hape saya sudah basah.
Teman saya kaget dan segera
mengambil hape saya tersebut. Dia berusaha melakukan pertolongan pertama pada
hape dengan membuka casing hp dan mengambil sim-card. “Udah, tenang aja, tak
simpan dulu ya. Ntar di jemur”. Saya hanya terdiam, berdoa agar hp tsb tidak
rusak. Di dalam kapal, hp saya di lap dengan kain kering. Teman-teman yang lain
hanya menatap saya dengan penuh iba. Saat itu saya diyakinkan oleh pak kepsek,
bahwa hp saya pasti bisa dipakai lagi.
Sampai di Karang saya bisa
melupakan sejenak hp yang terendam air laut selama 10 menit. Ombak yang tenang, langit yang teduh dan laut yang
biru membuat kami lupa segalanya. Teman-teman saya langsung menyeburkan diri ke
laut. Saya hanya bermain air di tepi karang sambil melihat keceriaan mereka.
Melihat hal itu saya tergoda juga untuk berendam di air laut. Setelah capek
berenang-renang. Kami pun makan siang di atas kapal. Bekal makan kami sikat
hingga habis. Awak kapal juga turut mencari ikan di sekitar karang dan langsung
mengolahnya menjadi ikan bakar seketika. Nyam...nyam,,, nikmat sekali
kebersamaan ini...
|
makan bekal di atas kapal |
|
paling kanan adalah pak kepsek yang cerewet,,, *ups |
Oleh-oleh sepulang dari Waka
adalah kulit gosong dan wajah merah membara. HP senter saya pun riwayatnya
telah berakhir saat itu (dalam perjalanannya, saya sudah berusaha mengobati
tapi tetap tidak berhasil. Sekarang hp tsb saya museumkan di rumah hingga saat
ini). Walaupun demikian, kami senang bisa mengunjungi daerah penempatan Rara
yang menyimpan pesona dan keindahan.
|
korosi akibat kena air laut #jiaahhhhh |
|
salah satu spot terbaik di Karang Kampung Waka |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar